News / Nasional
Jum'at, 05 September 2025 | 16:58 WIB
Presiden Prabowo Subianto usai menjenguk korban dari demo ricuh baik dari kalangan petugas kepolisian maupun masyarakat yang dirawat di RS Bhayangkara, Jakarta Timur. [Suara.com/Novian]
Baca 10 detik
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Tekanan kuat dialamatkan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera membentuk tim independen pencari fakta (TGPF).

Tim ini didesak untuk menginvestigasi secara menyeluruh serangkaian kerusuhan dan dugaan kekerasan aparat yang meletus sepanjang periode 25 hingga 30 Agustus 2025.

Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, menegaskan bahwa pembentukan tim independen adalah langkah krusial.

Tujuannya untuk memastikan seluruh informasi terkait rentetan peristiwa kekerasan dapat diakses masyarakat secara transparan dan akurat.

Periode akhir Agustus 2025 menjadi salah satu momen paling kelam dalam sejarah terkini, dengan kerusuhan meluas di berbagai kota.

Laporan menyebut sedikitnya 10 korban jiwa berjatuhan dan ribuan orang ditangkap, memicu keprihatinan mendalam dari warga hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Ini sudah menjadi sorotan internasional, termasuk kritik dari PBB atas banyaknya korban kekerasan dalam menyampaikan pendapat," kata Syahganda, Jumat (5/9/2025).

Lebih jauh, Syahganda menyoroti beberapa insiden sensitif yang wajib diinvestigasi secara tuntas.

Menurutnya, tabir kebenaran harus dibuka lebar-lebar untuk menghindari spekulasi liar yang dapat memperkeruh suasana dan memecah belah bangsa.

Baca Juga: Kontroversi Foto Prabowo Dicrop Koran Jepang: Alasan dan Respons Publik

"Sejumlah hal sensitif seperti penjarahan rumah anggota DPR dan menteri keuangan, isu darurat militer, dan terbunuhnya mahasiswa serta pelajar oleh aparat, harus dibongkar tuntas," tegasnya.

Tragedi Kemanusiaan di Balik Angka

Tragedi ini bukan sekadar statistik. Di balik angka 10 korban jiwa, terdapat nama, cerita, dan keluarga yang berduka.

Mereka adalah warga sipil yang menjadi korban di pusaran kekacauan:

  • Affan Kurniawan: Pengemudi ojek online yang tewas mengenaskan setelah diduga dilindas kendaraan aparat Brimob.
  • Abay, Sarinawati, dan Saiful: Ketiganya tewas dalam insiden kebakaran yang melanda gedung DPRD Makassar.
  • Rusdamdiamsyah: Menjadi korban pengeroyokan fatal di depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) karena dituduh sebagai intelijen.
  • Sumari: Tukang becak di Solo yang meninggal akibat sesak nafas di tengah bentrokan yang dipenuhi gas air mata.
  • Rheza: Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta, yang nyawanya tak tertolong setelah terpapar gas air mata dalam konsentrasi tinggi.
  • Andika Luthfi Falah: Siswa SMKN 14 Kabupaten Tangerang, menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat tiga hari pasca-aksi 29 Agustus.
  • Iko Juliant Junior: Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), tewas setelah diduga dipukuli aparat meskipun dilaporkan sudah memohon ampun.

Analis Ingatkan Ancaman Internal dan 'Musuh dalam Selimut'

Di tengah desakan pembentukan tim independen, Analis Politik dan Militer, Selamat Ginting, memberikan pandangan tajam mengenai tantangan kompleks yang dihadapi pemerintahan Prabowo.

Load More