- Petisi online untuk menolak pemecatan Kompol Cosmas Kaju Gae mendapatkan dukungan masif
- Bagi masyarakat asalnya di Ngada, Flores, Kompol Cosmas adalah sosok pahlawan
- ara pendukung menuntut Kapolri dan KKEP Polri untuk meninjau kembali keputusan pemecatan
Suara.com - Sebuah gelombang protes digital yang masif tengah mengarah pada institusi Polri. Kurang dari 48 jam, petisi online di platform change.org yang menuntut pembatalan pemecatan Kompol Cosmas Kaju Gae berhasil mengumpulkan lebih dari 174.000 tanda tangan hingga Jumat (5/9/2025) sore.
Dukungan luar biasa ini memicu pertanyaan besar,bisakah tekanan publik membatalkan sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) yang telah dijatuhkan?
Petisi yang dibuat pada Rabu (3/9/2025) ini secara spesifik ditujukan kepada Kapolri, Komisi Kode Etik dan Profesi (KKEP) Polri, serta pimpinan DPR RI.
Lonjakan dukungan ini menjadi sorotan utama, mengingat Kompol Cosmas dipecat karena keterlibatannya dalam insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat demo pada 28 Agustus 2025 lalu.
Kompol Cosmas Kaju Gae, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Batalyon (Danyon) Brimob, divonis bersalah oleh KKEP Polri pada Rabu (3/9/2025). Ia dinilai tidak profesional dalam penanganan unjuk rasa, yang berujung pada tewasnya Affan.
Ironisnya, saat kejadian nahas itu, Cosmas diketahui duduk di kursi penumpang depan, tepat di sebelah sopir rantis yang terlibat insiden.
Namun, keputusan pemecatan ini justru menyulut reaksi keras, terutama dari masyarakat di kampung halamannya di Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka merasa sanksi tersebut tidak adil dan tidak sebanding dengan pengabdian Cosmas selama ini.
Inisiator petisi, Mercy Jasinta, seorang pendidik asal Bajawa, NTT, mengaku terpanggil untuk menyuarakan aspirasi publik yang merasa putusan KKEP terlalu berat. Baginya, ini adalah perjuangan untuk keadilan bagi seorang aparat yang dinilai berdedikasi.
“Petisi itu lahir dari keprihatinan saya sebagai masyarakat atas keputusan yang dianggap tidak adil terhadap salah satu aparat yang selama ini dinilai berdedikasi dalam menjalankan tugas,” ujar Mercy, dikutip Jumat (5/9/2025).
Baca Juga: Siapa Mercy Jasinta? Pembuat Petisi Tolak Pemecatan Kompol Cosmas yang Lindas Ojol
Narasi dalam petisi menggambarkan Kompol Cosmas sebagai putra daerah kebanggaan yang telah mendedikasikan hidupnya untuk negara.
Ia disebut sebagai sosok pemberani dan bertanggung jawab, yang bahkan pernah berdiri di garda terdepan untuk melindungi pejabat negara saat demonstrasi besar di Jakarta. Bagi masyarakat Ngada, Cosmas adalah pahlawan yang citranya kini terancam hancur oleh satu insiden.
Melalui petisi tersebut, kelompok yang menamakan diri Masyarakat Ngada, Flores, dan para pendukung keadilan mengajukan tiga tuntutan utama kepada Kapolri dan KKEP Polri:
- Meninjau kembali keputusan pemecatan Kompol Cosmas Kaju Gae.
- Memberikan sanksi yang lebih proporsional dan tetap memberi ruang untuk rehabilitasi nama baiknya.
- Mendengar suara hati masyarakat kecil dari Laja, Ngada, yang merasa sangat kehilangan.
Sentimen emosional dan harapan besar tertuang jelas dalam petisi tersebut, menyuarakan keyakinan bahwa pengabdian panjang Cosmas seharusnya menjadi pertimbangan utama.
“Kami percaya Tuhan Maha Adil dan suara rakyat pun patut didengar. Dari Ngada, dari Flores, doa-doa dan tanda tangan kami menjadi saksi bahwa Kompol Cosmas tetaplah kebanggaan kami, tetaplah pahlawan kami,” bunyi petisi tersebut.
Berita Terkait
-
Doa Bersama Ratusan Driver Ojol di Sidoarjo
-
Siapa Mercy Jasinta? Pembuat Petisi Tolak Pemecatan Kompol Cosmas yang Lindas Ojol
-
Bripka Rohmat Demosi 7 Tahun, Terungkap Perintah Kompol Cosmas di Ricuh
-
Daftar Sanksi Ini Dijatuhkan kepada Bripka Rohmat, Sopir Kendaraan Taktis yang Tewaskan Affan
-
Komandan Dipecat, Sopir Hanya Demosi: Kompolnas Beberkan Faktor Peringan Bripka Rohmat
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun