News / Nasional
Kamis, 11 September 2025 | 12:09 WIB
Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengunjungi Gedung KPK, Jakarta, Jumat (4/3). [suara.com/Oke Atmaja]
Baca 10 detik
  • Nadiem Makariem jadi tersangka proyek pengadaan Chromebook bernilai triliunan rupiah.
  • Bambang Widjojanto mengenal Nadiem sebagai inovator muda
  • Bambang Widjojanto miris Nadiem jadi tersangka
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Kabar penetapan tersangka mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, memicu reaksi dari berbagai kalangan.

Salah satu suara paling tajam datang dari mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto.

Melalui kanal YouTube pribadinya, pria yang akrab disapa BW ini mengungkapkan rasa kaget dan keprihatinannya yang mendalam.

BW secara spesifik mengomentari dugaan kasus yang menjerat Nadiem, yakni proyek pengadaan Chromebook yang bernilai triliunan rupiah.

Ia memaparkan angka-angka fantastis dalam proyek tersebut yang kini berada di bawah bayang-bayang korupsi. Reaksi BW menunjukkan betapa seriusnya dampak dari kabar ini, bukan hanya dari sisi hukum, tetapi juga dari sisi moral.

Dalam pernyataannya, Bambang Widjojanto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Saya miris dan syok nih kalau betul Nadiem ditetapkan sebagai tersangka. Kalau tidak salah itu pengadaan Chromebook ya. Ya memang dari proyek 9,9 triliun triliun kira-kira 1,8 atau 1,98 triliun yang diduga di korupsi," ujar BW mengawali komentarnya dikutip Kamis, 11 September 2025.

Ada dua hal yang membuat BW kaget sekaligus miris. Pertama, BW menyoroti kontradiksi tajam antara citra Nadiem sebagai seorang inovator muda dengan dugaan kasus korupsi yang kini dihadapinya.

"Kenapa saya syok gitu, Menteri Nadiem pada saat dia jadi menteri itu menurut saya sih salah satu menteri termuda," ujar BW.

Baca Juga: Sebut Alasan Hukum Jadikan Nadiem Tersangka Terpenuhi, Mahfud: Dia Tak Mengerti Prosedur Birokrasi

Nadiem, kata BW juga membawa gagasan revolusioner "Merdeka Belajar". Program ini dianggap sebagai terobosan yang melintas batas-batas pendidikan konvensional di Indonesia.

Namun, menurut BW, kasus ini telah mencoreng gagasan mulia tersebut, bahkan menciptakan sebuah frasa baru yang sarkastik.

"Gagasannya itu kalau enggak salah adalah salah satu yang sampai sekarang masih dipakai itu adalah merdeka belajar. Dan gagasan ini adalah mencoba melintas batas pendidikan secara luar biasa. Tapi dengan kasus ini, merdeka belajar punya frasa baru tuh, kalimat baru tuh. Merdeka belajar tapi tak merdeka dari korupsi," tegas BW.

Kedua, BW mengaitkan penunjukan Nadiem Makarim sebagai menteri dengan Joko Widodo (Jokowi) yang waktu itu menjadi presiden.

Nadiem adalah salah satu figur yang dipilih langsung oleh Jokowi untuk membawa angin segar ke dalam pemerintahan. Masuknya Nadiem dalam daftar menteri yang tersandung kasus korupsi, bagi BW, menjadi catatan kelam lainnya bagi pemerintahan Jokowi.

"Dan yang kedua, Nadiem itu terus terang saja kan dia ditunjuk oleh Pak Jokowi. Iya. Lagi-lagi Pak Jokowi ya. Salah satu menterinya Pak Jokowi yang terkena kasus korupsi," sambungnya.

Pukulan telak dari kasus ini, menurut pandangan BW, adalah runtuhnya citra Nadiem sebagai ikon anak muda yang sukses dan berintegritas. Sebelum menjabat sebagai menteri, Nadiem adalah seorang CEO yang berhasil membesarkan Gojek, sebuah perusahaan rintisan yang menjadi fenomena nasional, hingga melakukan merger raksasa dengan Tokopedia.

Ia dipandang sebagai simbol kesuksesan di era digital sekaligus ikon anti korupsi yang diharapkan membawa perubahan. Kenyataan bahwa figur sekaliber Nadiem kini terseret dalam dugaan korupsi membuat situasi ini terasa sangat memprihatinkan.

"Karena dia anak muda yang luar biasa sekali sebagai CEO yang berhasil dari Gojek. Dan kemudian juga pada saat itu kalau enggak salah mereka bikin merger dengan Tokopedia. Jadi dia adalah ikon anak muda yang bergerak di bidang digital dan juga dianggapnya sebagai ikon anti korupsi loh pada saat itu. Jadi ini yang menurut saya sih agak miris banget ya situasi ini," ujarnya menjelaskan.

Load More