- Mahfud MD mengaku kesulitan berkoordinasi dengan Nadiem Makarim yang disebut sering "ngantor di hotel".
- Kesaksian Mahfud membuka persoalan lama dalam birokrasi: ego sektoral.
- Kasus Nadiem dipandang hanya sebagai gejala dari masalah sistemik yang lebih besar, yaitu lemahnya koordinasi antar kementerian.
Suara.com - Di tengah guncangan publik atas status tersangka Nadiem Makarim, sebuah "curhat" dari mantan Menko Polhukam Mahfud MD seolah membuka informasi yang jauh lebih besar.
Kesaksiannya tentang betapa sulitnya ia berkoordinasi dengan Nadiem yang disebutnya sering "ngantor di hotel", terlihat lebih dari sekadar sentimen pribadi.
Bagi para pengamat politik, curhat Mahfud ini adalah sebuah studi kasus yang secara tidak langsung membongkar "borok" atau penyakit kronis yang mungkin telah lama menggerogoti efektivitas kabinet di Istana: buruknya koordinasi antar kementerian dan tingginya ego sektoral.
Studi Kasus Nadiem: "Menteri Sulit Ditemui"
Keluhan Mahfud MD sangat spesifik dan kuat.
"Saya sebagai Menko saja susah sekali mau ketemu dia (Nadiem)," ungkapnya. Ini bukan sekadar keluhan biasa. Ini adalah pengakuan dari seorang menteri koordinator yang tugasnya adalah mengorkestrasi kebijakan, bahwa salah satu "pemain orkestra"-nya sulit untuk diajak bekerja sama.
Gaya kerja Nadiem yang disebut sering "ngantor di hotel" semakin memperparah persepsi adanya jarak dan eksklusivitas. Namun, pertanyaan besarnya adalah: apakah Nadiem adalah satu-satunya "pemain" yang sulit diatur?
Penyakit Kronis Bernama "Ego Sektoral"
Kesaksian Mahfud ini menjadi pintu masuk untuk mendiagnosis "penyakit" lama yang menghantui birokrasi Indonesia: ego sektoral.
Baca Juga: 2 Hal Ini Bikin Eks Pimpinan KPK Miris Dengar Nadiem Makarim Jadi Tersangka, Singgung Nama Jokowi
Setiap kementerian seringkali bertindak seperti "kerajaan kecil" yang berjalan sendiri-sendiri, mengabaikan arahan dari kementerian koordinator.
Para menteri teknis, terutama yang merasa memiliki "restu" langsung dari Presiden atau memiliki kekuatan politik sendiri, seringkali merasa tidak perlu melapor atau berkoordinasi secara intensif dengan Menko mereka.
Mereka lebih suka "memotong kompas" langsung ke Presiden.
Fenomena ini juga mempertanyakan kembali efektivitas sistem menteri koordinator di Indonesia. Secara teori, Menko adalah "tangan kanan" Presiden yang memastikan semua kementerian di bawahnya berjalan seirama.
Namun, dalam praktiknya, Menko seringkali tidak memiliki wewenang eksekusi yang kuat. Mereka tidak bisa "memaksa" atau memberikan sanksi kepada menteri teknis yang tidak koordinasi.
Tanpa wewenang yang kuat, posisi Menko berisiko menjadi "macan ompong": terlihat gagah di atas kertas, namun tidak memiliki taring untuk menegakkan disiplin. Curhat Mahfud MD soal Nadiem adalah bukti paling nyata dari frustrasi ini.
Berita Terkait
-
2 Hal Ini Bikin Eks Pimpinan KPK Miris Dengar Nadiem Makarim Jadi Tersangka, Singgung Nama Jokowi
-
Mahfud MD Memprediksi Akan Ada Reshuffle Lagi Oktober Mendatang
-
Blak-blakan, Mahfud MD Ungkap Alasan Prabowo Akhirnya Mau Dengar Aspirasi Rakyat
-
Kekecewaan Sri Mulyani Pasca-Penjarahan Rumah, Mahfud MD: 'Dia Nangis Disamakan dengan Sahroni'
-
Sebut Alasan Hukum Jadikan Nadiem Tersangka Terpenuhi, Mahfud: Dia Tak Mengerti Prosedur Birokrasi
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Website KontraS Diretas! Netizen Murka, Curigai Upaya Pembungkaman Informasi
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala
-
Fraksi NasDem DPR Dukung Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Lihat Perannya Dalam Membangun
-
Kemenhaj Resmi Usulkan BPIH 2026 Sebesar Rp 88,4 Juta, Ini Detailnya
-
Emak-Emak Nyaris Adu Jotos di CFD, Iron Man Jadi Penyelamat
-
Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Turun Rp 1 Juta per Jemaah Dibanding Tahun Lalu
-
Bicara soal Impeachment, Refly Harun: Pertanyaannya Siapa yang Akan Menggantikan Gibran?
-
SETARA Institute: Pemberian Gelar Pahlawan untuk Soeharto Pengkhianatan Reformasi!