News / Nasional
Kamis, 18 September 2025 | 13:07 WIB
Kepala Staf Presiden (KSP) M. Qodari memberikan pandangannya mengenai perbedaan KSP di bawah kepemimpinannya. (Suara.com/Bagaskara)
Baca 10 detik
  • Qodari menjelaskan bahwa terdapat perubahan struktural dan pendekatan dalam menjalankan tugas KSP saat ini.
  • KSP tetap memiliki peran krusial dalam mengawal program-program Presiden yang sangat banyak.
  • Qodari meluruskan bahwa MBG merupakan bagian inheren dalam membangun kualitas SDM.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Kepala Staf Presiden (KSP) M. Qodari memberikan pandangannya mengenai perbedaan KSP di bawah kepemimpinannya dengan era sebelumnya yang dipimpin oleh Moeldoko.

Qodari menjelaskan bahwa terdapat perubahan struktural dan pendekatan dalam menjalankan tugas KSP saat ini, terutama dalam menyikapi program-program prioritas Presiden.

"Saya enggak berani interpretasi memahami istilah zaman Pak Moeldoko ya," ujar Qodari usai sertijab di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Ia kemudian menyoroti perubahan signifikan pada Peraturan Presiden (Perpres) KSP.

"Memang sebetulnya Perpresnya KSP ini berbeda dalam hal ada satu kedeputian yang sudah tidak ada lagi, yaitu komunikasi politik, yang sekarang berdiri menjadi organisasi sendiri yang namanya Badan Komunikasi Pemerintah," terang Qodari.

Kendati begitu, Qodari menegaskan, bahwa KSP tetap memiliki peran krusial dalam mengawal program-program Presiden yang sangat banyak dan menggunakan pendekatan fundamental yang berbeda.

"Khusus di KSP, karena tadi saya bilang KSP ini punya kelebihan karena dia bisa keliling program-program prioritas. Jadi dia memahami bukan hanya dari teks, tetapi juga kita verifikasi ke lapangan," jelasnya.

Sebagai contoh, Qodari menceritakan pengalamannya mengawal program sekolah rakyat.

Ia tidak hanya membantu penyusunan Perpres, tetapi juga terjun langsung bertemu calon siswa dan melihat proses renovasi.

Baca Juga: Moeldoko Minta Habisi Preman di Proyek Pabrik Mobil Listrik Subang: Ganggu Orang Cari Kerja Saja!

"Jadi kita bisa memberikan konteks," kata dia.

Lebih lanjut, Qodari menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Ia menyoroti program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang seringkali dianggap hanya mengambil porsi pendidikan.

Qodari meluruskan bahwa MBG merupakan bagian inheren dalam membangun kualitas SDM.

"Kualitas sumber daya manusia itu selain materi pendidikan yang diberikan, kan juga ada kesiapan anak-anak peserta didik. Nah, kalau peserta didik kita ini kurang gizi, maka dampak dari pendidikan itu kan akan tidak maksimal," tegasnya.

Ia mengungkapkan fakta bahwa 20 persen anak-anak Indonesia masih mengalami stunting atau kurang gizi. Stunting, menurut Qodari, adalah masalah kesenjangan gizi yang harus diatasi.

Anto Mukti Putranto (AM Putranto) secara resmi memberikan jabatannya sebagai Kepala Staf Kepresidenan kepada M Qodari, melalui acara serah terima jabatan (sertijab) di Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025). (Suara.com/Bagaskara)

"Tidak banyak yang tahu bahwa 20 persen anak-anak kita masih stunting, stunting itu apa? Kurang gizi. Kurang itu apa? Kesenjangan. Jadi MBG itu menjadi solusi itu, masalah kesenjangan, kesenjangan gizi," paparnya.

Selain itu, Qodari juga menyinggung perbandingan kualitas SDM di level regional, di mana IQ anak-anak Indonesia masih tertinggal.

Dengan MBG, ia berharap gizi dan IQ anak-anak akan meningkat, sehingga Indonesia memiliki SDM berkualitas.

"Sehingga kita betul-betul punya SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas mendapatkan guru yang bagus, kurikulum yang bagus, perlengkapan pendidikan yang oke, smart board, sekolah direnovasi ada smart board, nah itu semua akan menjadi satu sistem yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia," jelasnya.

Qodari mengajak semua pihak untuk tidak melihat permasalahan secara parsial, seolah pendidikan hanya terbatas pada aspek sekolah.

"Jadi kita melihatnya jangan parsial saja seolah pendidikan itu, maaf, hanya aspek sekolahnya saja, tetapi juga aspek gizinya, aspek peserta didiknya itu disiapkan mulai dari yang paling fundamental," pungkasnya.

Load More