News / Nasional
Sabtu, 20 September 2025 | 17:50 WIB
Ilustrasi pekerja mengangkut beras saat proses penyaluran beras ke pasar-pasar di Gudang Perum BULOG. [ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman]
Baca 10 detik
  • Firman Soebagyo prihatin stok beras impor di gudang Bulog menurun mutu akibat distribusi yang lambat
  • Ia menilai masalah ini terkait tata kelola pangan nasional, bukan sekadar teknis, sehingga merugikan negara dan masyarakat
  • Firman mendukung langkah Presiden Prabowo memperkuat peran strategis Bulog sebagai penyangga harga dan cadangan pangan nasional

Biaya produksi yang tinggi, keterbatasan fasilitas penyimpanan, serta risiko penurunan kualitas selama proses distribusi menjadi tantangan nyata. 

Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo. (Suara.com/Bagaskara)

Semua ini berimbas langsung pada harga di pasaran, yang pada akhirnya membebani masyarakat.

Dalam pandangannya, penguatan kelembagaan Bulog tidak boleh berhenti pada aspek distribusi semata. 

Bulog harus memiliki fungsi strategis sebagai pengendali cadangan pangan nasional, sekaligus menjadi penyangga harga untuk melindungi petani maupun konsumen. 

“Pengembalian fungsi Bulog seperti masa lalu dengan penguatan struktural adalah langkah realistis untuk menjaga stabilitas harga dan menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat,” terangnya.

Ia juga menekankan, keberhasilan Bulog menjaga ketersediaan pangan akan sangat menentukan keberhasilan program pemerintah dalam menekan inflasi dan menjamin ketahanan pangan nasional. 

“Kalau Bulog dibiarkan lemah, maka yang rugi bukan hanya lembaga, tapi seluruh masyarakat Indonesia. Karena itu transformasi Bulog harus segera dipercepat, bukan ditunda-tunda lagi,” pungkasnya.

Load More