- Erros Djarot mengkritik keras pemerintahan Jokowi karena dianggap merusak sistem demokrasi dan meritokrasi
- Ia menyoroti nepotisme, peran Gibran, dan penggunaan buzzer sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan
- Erros menyerukan evaluasi total terhadap arah bangsa demi masa depan Indonesia
Suara.com - Erros Djarot, sutradara dan politikus Indonesia, kembali mengeluarkan pernyataan terkait kondisi politik nasional, khususnya mengenai arah kekuasaan di bawah Presiden Joko Widodo atau sapaan akrabnya Jokowi.
Erros menilai bahwa kerusakan sistemik di Indonesia dimulai sejak sepuluh tahun terakhir.
“Ketika peradaban itu dirusak oleh rezim ya, rezim Jokowi itu?,” ujar Erros dalam perbincangan dengan Abraham Samad pada akun YouTube Abraham Samad SPEAK UP, (21/9/2025).
Dia juga mempertanyakan runtuhnya nilai-nilai meritokrasi dan maraknya nepotisme di lingkar kekuasaan.
Salah satu sorotan Eros adalah kehadiran Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka dalam pusaran politik nasional.
Ia menilai bahwa keterlibatan Gibran dalam politik nasional yang dianggap bagian dari "poros Solo", merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang merusak tatanan demokrasi dan sistem meritokrasi.
“Buat apa ditutupin ijazahnya si siapa? Gibran ya. Loh, kalau emang enggak-enggak penting gitu. Kan penting otaknya,” ucap Erros menyentil isu ijazah Gibran yang sempat menjadi kontroversi.
Erros menilai keterlibatan Gibran bukan hanya soal kapasitas, tapi juga soal etika politik yang kian diabaikan.
Lebih lanjut, Erros menyebut bahwa kerusakan sistem di Indonesia bukanlah hal kebetulan, melainkan akibat sistematis dari kekuasaan yang lebih mementingkan loyalitas dibanding kapasitas.
Baca Juga: PKB 'Sentil Jokowi' Soal Prabowo-Gibran 2 Periode: Ojo Kesusu, Jangan Azan Dulu!
“Nepotisme ordal-ordal kemudian kebohongan-kebohongan yang secara sistemik gitu ya,” tegasnya.
Ia juga menyoroti penggunaan buzzer dalam menopang kekuasaan selama satu dekade terakhir.
“Ini loh institusi yang mengerikan itu 10 tahun dilakukan ya rezimnya Jokowi ya menggunakan buzzer,” ungkapnya.
Namun, Erros optimistis bahwa kekuatan buzzer mulai mengalami kemunduran.
“Sekarang buzzer-buzzer nya mulai mulai kesulitan karena apa? Karena ada artificial intelligence,” jelasnya.
Dalam percakapan tersebut, politikus ini tidak hanya mengkritik, tapi juga menyerukan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap arah bangsa.
Berita Terkait
-
Absennya PDIP di Kabinet Disebut Ada Strategi Prabowo di Baliknya, Lepas Bayang-bayang Jokowi?
-
Satire Berkelas Wisudawan Rayakan Kelulusan Sambil Pegang Ijazah: Jokowi Mana Bisa Gini
-
Sebut Geng Solo Virus di Kabinet, Soenarko : Keluarkan Menteri Diduga Korupsi dan Orang Jokowi
-
Heboh Video Jokowi Jadi Imam, Ahli Tajwid Sebut Kesalahan Ini Bisa Batalkan Salat
-
Sebut Ada Intervensi Sejak Dualisme Kepemimpinan P3, Syaifullah Tamliha : PPP Dibinasakan oleh Jokow
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India