-
Women's March Jakarta 2025 mengusung tema "Tubuh Bukan Milik Negara" sebagai refleksi pengalaman kolektif perempuan, kelompok gender, masyarakat adat, hingga komunitas marjinal.
-
Isu yang disorot mencakup dampak industri ekstraktif terhadap perempuan adat, kriminalisasi penjaga lingkungan, dan belum disahkannya RUU PPRT.
-
Aksi ini juga menyoroti persoalan kekerasan berbasis gender, pembatasan ruang demokrasi, hingga serangan di ruang digital.
Suara.com - Women's March Jakarta 2025 akan digelar pada 28 September dengan mengusung tema "Tubuh Bukan Milik Negara" sebagai seruan kolektif untuk memperjuangkan hak perempuan serta kelompok marjinal lainnya.
Co-Koordinator WMJ 2025, Carolina menyebut tema itu sebagai refleksi dari pengalaman kolektif perempuan, kelompok ragam gender dan seksualitas, penyintas kekerasan, masyarakat adat, penyandang disabilitas hingga komunitas marjinal lainnya.
Sejumlah isu pun mereka soroti di antaranya pertambangan hingga jaminan perlindungan bagi pekerja perempuan.
"Ketika kita mengangkat tema Tubuh Bukan Milik Negara, yang kita maksud bukan hanya eksplisit tubuh perempuan, tapi juga tubuh ibu pertiwi dan seisinya, yang akhir-akhir mengalami kekerasan masif berupa eksploitasi, kriminalisasi dan privatisasi," kata Riska saat menggelar konferensi pers di Kantor Komnas Perempuan, Jumat (26/9/2025).
Industri ekstraktif memiliki dampak yang sangat luas. Keberadaannya mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dan hak asasi manusia yang menghancurkan keberlangsungan hidup perempuan adat, serta memisahkan komunitas adat dari akar budaya mereka.
Meika dari Trend Asia menyebut perempuan harus kehilangan akses terhadap sumber daya alam seperti air bersih dan ruang aman. Dia menyebutnya sebagai kekerasan ekologis yang tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tapi juga semakin memperdalam ketimpangan gender.
"Selama ini kita tahu perempuan di komunitas adat menjadi garda terdepan dalam menjaga ekosistem dan ruang hidup. Sayangnya, suara mereka diabaikan dalam proses perencanaan maupun pembangunan," kata Meika.
Lebih parahnya lagi, katanya, banyak ditemui kriminalisasi terhadap para penjaga lingkungan.
"Fenomena ini memperlihatkan ke mana sebenarnya negara berpihak? Apakah ke rakyat atau pemilik modal?" kata Meika mempertanyakan.
Baca Juga: Donald Trump Menang Pilpres AS, Sederet Pesohor Khawatirkan Hak-Hak Perempuan Dirampas
Soal perlindungan terhadap pekerja perempuan, Jumisih dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga atau JALA PRT, menyoroti keberpihakan negara.
Dia menyinggung sejumlah pengesahan undang-undang yang justru merugikan masyarakat, khususnya perempuan. UU Cipta Kerja, misalnya, yang disahkan secepat kilat dan minim partisipasi masyarakat.
Sementara di satu sisi, RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) yang sudah lebih dari dua dekade diperjuangkan masih belum juga disahkan DPR dan pemerintah.
"Hal ini menunjukkan rendahnya komitmen negara terhadap pengakuan dan perlindungan kerja produktif dan perawatan yang selama ini banyak dibebankan kepada perempuan," kata Jumisih.
Untuk itu JALA PRT menagih janji Presiden Presiden Prabowo Subianto yang pernah mengatakan akan segera mendorong pengesahan RUU PPRT.
"Kami menagih janji para politisi dan presiden terpilih yang katanya akan mengesahkan RUU PPRT. Hingga saat ini kami tidak melihat niat baik mereka untuk menepati janji tersebut," ujar Jumisih.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Hormati Putusan MK, Polri Siapkan Langkah Operasional Penataan Jabatan Eksternal
-
Istana Pastikan Patuhi Putusan MK, Polisi Aktif di Jabatan Sipil Wajib Mundur
-
Polemik Internal Gerindra: Dasco Sebut Penolakan Budi Arie Dinamika Politik Biasa
-
KPK Usut Korupsi Kuota Haji Langsung ke Arab Saudi, Apa yang Sebenarnya Dicari?
-
Boni Hargens: Putusan MK Benar, Polri Adalah Alat Negara
-
Prabowo Disebut 'Dewa Penolong', Guru Abdul Muis Menangis Haru Usai Nama Baiknya Dipulihkan
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Sektor Energi hingga Kebebasan Sipil Disorot: Haruskah Reshuffle?
-
Hendra Kurniawan Batal Dipecat Polri, Istrinya Pernah Bersyukur 'Lepas' dari Kepolisian
-
400 Tersangka 'Terlantar': Jerat Hukum Gantung Ratusan Warga, Termasuk Eks Jenderal!
-
Respons Pimpinan DPR Usai MK Larang Polisi Aktif di Jabatan Sipil, Apa Katanya?