- KPPPA meminta orang tua dan siswa tidak khawatir terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) meski ada laporan kasus keracunan.
- Deputi KPPPA Pribudiarta Nur Sitepu menegaskan pemerintah telah menyiapkan langkah antisipasi dan penanganan cepat bila terjadi insiden.
- Hingga pertengahan September 2025, Kemenkes mencatat lebih dari 5.000 kasus keracunan MBG, namun program dinilai tetap penting bagi pemenuhan gizi anak.
Suara.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) meminta orang tua juga para siswa tidak perlu takut menerima program makan bergizi gratis (MBG), kendati banyak kasus keracunan.
Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KPPPA Pribudiarta Nur Sitepu menyampaikan kalau pemerintah telah memastikan keamanan dari pelaksanaan program.
Selain itu, menurutnya, progran MBG terlalu besar manfaatnya untuk ditolak.
"Kalau lihat manfaatnya sih jauh lebih besar. Dan resikonya sebenarnya sudah di-manage oleh Menko Pangan," kata Pribudi dalam diskusi media talk di Kantor KPPPA, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Dia menambahkan, pemerintah telah menyusun strategi kerjasama untuk memastikan masalah keracunan maupun tantangan lainnya bisa dicegah dan terselesaikan.
Menurut Pribudi, pemerintah juga telah bertindak cepat ketika ditemukan adanya kasus keracunan dengan segera menutup satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) atau dapur MBG.
"Jadi apakah ke depan nanti jadi ketakutan? Ya harusnya jangan karena manfaatnya itu jauh lebih besar," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kalau pemerintah rutin melaporkan data terkait kasus keracunan MBG kepada Badan Gizi Nasional (BGN). Data tersebut diperbarui secara rutin berdasarkan laporan masuk di puskesmas.
Kendati begitu, Budi menyampaikan kalau data itu belum bisa diakses oleh publik. Karena BGN yang berwenang untuk membuka data keracunan MBG tersebut.
Baca Juga: Menu MBG Berisi Kulit Pangsit Jadi Kontroversi, Klarifikasi Pihak SPPG Mampang 1 Bikin Publik Geram
"Sudah ada datanya, sudah kami share kepada BGN. Nanti yang mengeluarkan BGN," ujar Budi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Kemenkes hingga pertengahan September 2025, sedikitnya 60 kasus dengan 5.207 penderita dari insiden keracunan menu MBG.
Sementara, BPOM mencatat 55 kasus dengan 5.320 penderita. Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus keracunan MBG terbanyak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
-
Masih Ada Harapan! Begini Skenario Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Meski Kalah dari Arab Saudi
-
Harga Emas Hari Ini: Antam di Pegadaian Rp 2,4 Juta per Gram, UBS dan Galeri 24 Juga Naik!
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
Terkini
-
Ngaku Hati-hati, Penetapan Tersangka Kasus Haji Tunggu Hasil BPK?
-
2 Petinggi Google Indonesia Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Chromebook yang Menyeret Nadiem Makarim
-
Kuli Bangunan Tewas Ditusuk Rekan Sendiri, Polisi Selidiki Motif Pembunuhan Sadis
-
Kebakaran Hutan Dunia Meningkat Tajam, Dampak Ekonomi dan Risiko Kemanusiaan Kian Parah
-
8 Fakta Kesepakatan Israel-Hamas, Rakyat Palestina Akhirnya Rasakan Perdamaian?
-
Aktivis Bela Nadiem Makarim di Sidang Praperadilan: Sosok Berintegritas dan Anti Korupsi
-
Tim Jibom Gegana sampai Turun Tangan, Detik-detik Ledakan Dahsyat di Gedung Nucleus Farma Tangsel
-
Ledakan Dahsyat Guncang Pondok Aren! Gedung 4 Lantai Nucleus Farma Hancur, Polisi Ungkap Kondisinya
-
Kasus Patok Ilegal, Bos WKM Ungkap Upaya Kriminalisasi ke Anak Buahnya!
-
Nirwono Joga Soroti Infastruktur Desa, Pangan, dan Energi: Tiga Pilar Asta Cita Butuh Sinergi Daerah