-
- Kebijakan E10 disebut langkah menuju energi bersih, tapi kesiapan infrastruktur dan standar kualitas masih jadi tanda tanya.
- Risiko teknis muncul karena etanol mudah menyerap air dan bisa menyebabkan korosi jika tidak dikontrol ketat.
- Dampak pangan dan ekonomi perlu diperhatikan karena bahan baku bioetanol bersaing dengan kebutuhan pangan, sehingga perlu beralih ke biomassa generasi kedua.
Suara.com - Langkah Indonesia menuju energi bersih kembali diuji lewat rencana penerapan bahan bakar etanol 10 persen (E10). Pemerintah menyebutnya sebagai upaya menuju kemandirian energi dan target net zero emission.
Namun di balik narasi hijau itu, muncul pertanyaan: seberapa siap infrastruktur, industri, dan lingkungan menghadapi kebijakan ini?
Menurut Dr. Leopold Oscar Nelwan, Dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB University, E10 memang menjanjikan, tetapi tanpa kesiapan matang bisa menimbulkan masalah baru.
“E10 membuka peluang besar untuk memperluas pemakaian energi terbarukan, tapi ada aspek teknis yang perlu benar-benar diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah di lapangan,” ujarnya.
Salah satu sorotan utamanya adalah kualitas etanol. Zat ini bersifat higroskopis—mudah menyerap air—yang bisa menyebabkan korosi pada sistem bahan bakar bila kadar air melewati ambang batas.
“Pada produk E5 yang sudah beredar, kadar air dijaga di bawah 0,15 persen. Standar seperti ini perlu diperketat lagi untuk E10,” jelasnya.
Leopold juga menyinggung dimensi ekonomi dan pangan. Di satu sisi, produksi bioetanol bisa membuka lapangan kerja dan memperkuat kemandirian energi nasional. Namun di sisi lain, bahan baku utama bioetanol masih berasal dari tanaman penghasil gula dan pati yang juga menjadi kebutuhan pangan.
“Karena itu, pengembangan sebaiknya diarahkan ke biomassa generasi kedua seperti limbah tanaman agar tidak mengganggu sektor pangan,” tegasnya.
Kebijakan E10 memang tampak sebagai langkah hijau, tapi juga menjadi ujian bagi arah transisi energi Indonesia apakah benar berpihak pada keberlanjutan, atau hanya sekadar pergantian bahan bakar tanpa perubahan sistemik?
Baca Juga: 7 Rekomendasi Motor Listrik Murah, Ramah Lingkungan Mulai Rp6 Jutaan
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
Terkini
-
Praperadilan Ditolak PN Jaksel, Nadiem Makarim Tetap Tersangka Korupsi Chromebook!
-
Jadi 'Hantu' Bagi Kejagung, Silfester Matutina Pemfitnah JK Masih Bebas Meski Divonis 1,5 Tahun
-
Horor Cesium-137 Cikande: Radiasi 875.000 Kali Normal, Pemerintah Stop Impor Besi Tua
-
PAN Dukung Pembangunan Kembali Ponpes Al Khoziny, tapi Desak Audit Menyeluruh Dulu
-
Pansel Pemilihan Dewas dan Direksi BPJS Telah Dibentuk, Pemerintah Jamin Proses Seleksi Transparan
-
Integrasikan Transum di Dukuh Atas, Pramono Targetkan Jakarta Punya 'Cincin Donat' Tahun 2026
-
Minim Penerangan, Ragunan Janji Evaluasi Wisata Malam Tanpa Ganggu Satwa
-
Malam Perdana, Night at Ragunan Zoo Diserbu 3.713 Pengunjung: Kebanyakan Datang untuk Piknik
-
Polda Metro Jaya Mangkir, Sidang Praperadilan Aktivis Khariq Anhar Ditunda
-
Di Balik Janji Hijau, Dunia Didesak Bersihkan Tata Kelola Tambang