News / Nasional
Kamis, 16 Oktober 2025 | 15:51 WIB
Jejak Karier Andra Soni, Gubernur Banten yang Selesaikan Kasus Kepala SMAN 1 Cimarga
Baca 10 detik
  • Sosok Gubernur Banten Andra Soni turut menjadi sorotan ketika kasus Kepala SMAN 1 Cimarga ramai diberitakan.
  • Kepemimpinannya diuji oleh kasus Kepala SMAN 1 Cimarga yang dinonaktifkan setelah menampar seorang siswa merokok.
  • Ia mengambil keputusan pro kontra dan kini mengaktifkan kembali kepala sekolah dengan alasan niat baik mendisiplinkan siswa.

Polemik dimulai ketika Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, menampar seorang siswa berinisial ILP (17) yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.

Insiden ini memicu reaksi keras dari siswa lain yang berujung pada aksi mogok belajar dan tuntutan agar kepala sekolah dicopot.

Pemerintah Provinsi Banten, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud), mengambil langkah cepat dengan menonaktifkan sementara sang kepala sekolah pada Selasa, 14 Oktober 2025.

Langkah ini diambil untuk mendinginkan suasana dan memastikan proses belajar mengajar kembali kondusif. Siswa yang melanggar aturan pun tetap diberi sanksi berupa teguran dan pembinaan oleh guru BK.

Kasus ini menjadi bola panas. Di satu sisi, ada desakan kuat untuk menegakkan disiplin tanpa kekerasan di lingkungan sekolah.

Pada sisi lain, muncul suara-suara yang membela tindakan guru sebagai bentuk kepedulian untuk mendisiplinkan siswa.

Keputusan Kontroversial dan Alasan di Baliknya

Di tengah situasi yang memanas, Andra Soni mengambil langkah yang mengejutkan banyak pihak.

Setelah mempertemukan kepala sekolah dan siswa, ia memutuskan akan mengaktifkan kembali Dini Fitria sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga. Keputusan ini sontak menjadi buah bibir dan menuai pro dan kontra.

Andra Soni memberikan alasan yang mendasari keputusannya. Menurutnya, penonaktifan tersebut bersifat sementara dan bukan bentuk hukuman.

Baca Juga: Bela Kepsek SMA 1 Cimarga yang Tampar Murid, Dedi Mulyadi: Jangan Kriminalisasi Guru Sekolah

Ia memandang tindakan sang kepala sekolah sebagai niat baik seorang guru, meski diakui ada emosi yang terselip.

"Bu Dini mengakui ada terselip emosi, tapi bukan emosi untuk mencederai. Itu bentuk niat baik guru kepada murid. Masa iya ada murid merokok tidak ditegur?" terang Andra.

Lebih jauh, Andra khawatir jika para guru menjadi takut untuk menegur siswa yang salah karena khawatir dilaporkan ke polisi.

Ia juga berpendapat bahwa memindahkan kepala sekolah ke tempat lain tidak akan menyelesaikan masalah, justru bisa menimbulkan preseden buruk.

Bagi Andra, jika setelah diaktifkan kembali muncul penolakan, itu justru menjadi indikator bahwa ada masalah internal lain di sekolah yang harus diselesaikan oleh kepala sekolah itu sendiri.

Keputusan ini dapat dilihat sebagai cerminan gaya kepemimpinan pragmatis yang berakar dari pengalamannya.

Load More