News / Metropolitan
Senin, 20 Oktober 2025 | 17:35 WIB
Pelajar Jakarta Jadi Duta Damai Digital, Siap Perangi Ujaran Kebencian di Media Sosial. (Ist)
Baca 10 detik
  • Siswa SMK As-Syafiiyah Jakarta Selatan menerima pembekalan literasi digital untuk secara aktif melawan hoaks dan ujaran kebencian di media sosial
  • Melalui kolaborasi antara sekolah, Dinas Pendidikan, dan Kepolisian, para pelajar didorong untuk menjadi 'Digital Ambassador of Peace' yang menyebarkan konten positif
  • Kegiatan ini menekankan pentingnya berpikir kritis, menjaga jejak digital yang positif, dan memverifikasi informasi

Suara.com - Di tengah maraknya konten negatif di dunia maya, ratusan pelajar SMK As-Syafiiyah Jakarta Selatan kini mengemban misi baru, menjadi Duta Damai Digital atau 'Digital Ambassador of Peace'. Langkah proaktif ini merupakan hasil dari kegiatan “Penguatan Karakter dan Literasi Digital: Cerdas, Kritis Tanpa Hoaks dan Hate Speech” yang digelar di aula sekolah pada Senin (20/10/2025).

Inisiatif ini lahir dari keprihatinan bersama akan masifnya penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian yang menyasar generasi muda. Bekerja sama dengan Suku Dinas Pendidikan dan pihak kepolisian, sekolah membekali sekitar 100 siswanya dengan pemahaman mendalam untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang positif dan bertanggung jawab.

Kepala Sekolah SMK As-Syafiiyah, Ibu Endah Kusuma Dwi Astuti, menekankan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah benteng utama bagi pelajar di era digital. Menurutnya, pembentukan karakter ini krusial agar siswa tidak terseret dalam arus provokasi dan disinformasi.

“Siswa harus mampu memilah informasi dan tidak mudah terbawa arus provokasi di media sosial. Kami ingin mereka menjadi generasi yang cerdas digital, bukan korban klikbait,” tegasnya.

Pentingnya menjaga jejak digital yang bersih juga disorot oleh Aziza, Kepala Seksi SMK, Kursus, dan Pelatihan Wilayah II Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan. Ia mengingatkan bahwa aktivitas negatif di media sosial tidak hanya merugikan individu, tetapi juga dapat mencoreng nama baik institusi pendidikan.

“Media sosial seharusnya menjadi sarana belajar dan berbagi hal positif. Namun banyak kasus menunjukkan justru digunakan untuk hal-hal negatif yang berpotensi merusak citra sekolah,” ujarnya.

Pesan inti untuk memerangi ujaran kebencian datang dari AKBP Rezky Suryawijaya. Dalam sesinya, ia mengajak para siswa untuk secara aktif mengubah narasi di media sosial dari kebencian menjadi kedamaian.

Ia menegaskan bahwa dampak dari hate speech sangat nyata, mulai dari memicu perpecahan hingga perundungan di kalangan remaja.

“Gunakan media sosial dengan bijak. Jangan ikut menyebar kebencian atau fitnah. Mari jadikan diri kita sebagai Digital Ambassador of Peace, dengan menyebarkan pesan kebaikan dan perdamaian,” pesannya.

Baca Juga: Sidang Praperadilan Delpedro dkk, Polisi Tuding Akun Lokataru Hasut Pelajar Demo

AKBP Rezky juga mendorong para siswa untuk selalu melakukan verifikasi sebelum menyebarkan informasi, sebagai langkah sederhana namun efektif untuk memutus rantai hoaks.

Para siswa menyambut positif pembekalan ini dan berkomitmen menjadi agen perubahan di lingkungan digital mereka, yang diwujudkan dalam seruan bersama: “Stop Hoaks, Stop Hate Speech Jadilah Digital Ambassador of Peace!”

Load More