- "Amandla! Awethu!" berarti "Kekuatan Milik Rakyat!", seruan perlawanan historis dari gerakan anti-apartheid Afrika Selatan.
- Seruan Presiden Prabowo adalah gestur diplomasi simbolik yang menunjukkan solidaritas dan penghormatan pada sejarah Afrika Selatan.
- Momen ini merefleksikan penguatan kerja sama negara berkembang (Selatan-Selatan) dalam memperjuangkan kedaulatan dan keadilan global.
Presiden Ramaphosa sendiri mengakui bahwa konferensi tersebut menjadi sumber inspirasi bagi para pemimpin pembebasan di negaranya.
3. Kesamaan Visi
Seruan tersebut menyiratkan adanya kesamaan visi antara Indonesia dan Afrika Selatan untuk memperjuangkan kedaulatan dan keadilan di panggung global.
Jawaban langsung "Awethu!" dari Presiden Ramaphosa menjadi konfirmasi bahwa pesan diplomatik tersebut diterima dengan baik dan hangat.
Momen itu seketika mencairkan suasana protokoler menjadi sebuah interaksi yang penuh persahabatan dan pemahaman bersama.
Kebangkitan Solidaritas Selatan-Selatan
Di panggung dunia saat ini, momen "Amandla! Awethu!" antara Prabowo dan Ramaphosa memiliki relevansi yang lebih luas.
Ini adalah cerminan dari menguatnya kembali Solidaritas Selatan-Selatan (South-South Cooperation), sebuah konsep kerja sama antar negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Teriakan yang dulunya menjadi simbol perlawanan terhadap apartheid, kini berevolusi menjadi simbol perjuangan bersama negara-negara Global South untuk:
- Mencapai kemandirian ekonomi.
- Memperjuangkan keadilan dalam tatanan global.
- Melawan bentuk-bentuk neo-kolonialisme.
Langkah Presiden Prabowo ini dapat dilihat sebagai penegasan kembali komitmen Indonesia untuk menjadi pemimpin dan mitra strategis di antara negara-negara berkembang.
Baca Juga: Pakai Kacamata Hitam, Begini Momen Prabowo Sambut Kunjungan Presiden Brasil Lula di Istana Merdeka
Ini bukan lagi sekadar hubungan bilateral biasa, melainkan sebuah kemitraan yang didasari oleh sejarah perjuangan yang sama dan cita-cita masa depan yang serupa.
Pada akhirnya, seruan "Amandla!" oleh Prabowo adalah sebuah pernyataan yang kuat.
Ia menegaskan bahwa kekuatan sesungguhnya—baik dalam melawan penindasan di masa lalu maupun dalam membangun masa depan—berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Sebuah pesan yang relevan di Afrika Selatan, di Indonesia, dan di seluruh dunia.
Bagaimana pendapat Anda tentang cara Presiden Prabowo menggunakan simbolisme sejarah dalam diplomasinya? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
Terkini
-
Mobil Berstiker BGN Tabrak Sekolah di Cilincing, 19 Siswa Jadi Korban, Polisi Dalami Motif Sopir
-
Update Bencana Sumatera 11 Desember: 971 Orang Meninggal, 255 Hilang
-
Pemulihan Psikososial di Sumatra, Lebih Dari 50 Persen Siswa Masih Alami Sedih dan Cemas
-
Pramono Anung Pastikan Perawatan Korban Mobil Terabas Pagar SD di Cilincing Ditanggung Pemprov
-
Pramono Anung: 21 Orang Jadi Korban Imbas Mobil Terabas Pagar SD di Cilincing
-
KPK Tetapkan Tersangka Usai OTT Bupati Lampung Tengah, Amankan Uang dan Emas
-
Barisan Siswa SDN Kalibaru 01 Diseruduk Mobil, 20 Korban Terluka
-
Komnas HAM: Solidaritas Publik Menguat, Tapi Negara Tetap Wajib Pulihkan Sumatra
-
Dari Pameran Megah ke Balik Jeruji, Mengapa Puluhan Calon Pengantin Bisa Tertipu WO Ayu Puspita?
-
Dedi Mulyadi Datang ke KPK: Ada Apa dengan Sungai dan Hutan Jabar?