- Sidak Dedi Mulyadi membongkar klaim program CSR penyaluran air oleh pabrik Aqua yang dibantah langsung oleh warga dan Ketua RW setempat
- Ditemukan praktik kelebihan muatan ekstrem pada truk pengangkut air (dari 5 ton menjadi 13 ton) yang menjadi penyebab utama kerusakan jalan provinsi
- Gubernur Dedi Mulyadi memberikan ultimatum keras, mengancam tidak akan memperpanjang izin pengambilan air
Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), kembali melakukan inspeksi mendadak (sidak) yang menggemparkan. Kali ini sasarannya adalah pabrik air mineral PT Tirta Investama (Aqua) di Subang. Sidak yang berfokus pada dampak lingkungan, sosial, dan kerusakan infrastruktur ini membongkar borok yang selama ini tersembunyi, mulai dari klaim CSR yang dibantah mentah-mentah oleh warga hingga penggunaan truk raksasa perusak jalan.
Disitat dari kanal YouTube KDM, Kamis (22/10/2025), amarah Dedi Mulyadi memuncak saat menemukan perbedaan keterangan yang tajam antara klaim manis perusahaan dan realita pahit yang dialami warga sekitar.
Klaim Manis CSR Dibantah Keras Warga: Ironi Air di Negeri Sendiri
Ketegangan dimulai saat KDM mempertanyakan program penyaluran air bersih untuk warga. Seorang pegawai perusahaan dengan percaya diri menjelaskan program Water Access mereka, mengklaim bahwa air diambil dari sumber sekitar dan dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah warga.
Namun, klaim tersebut langsung dipatahkan oleh kesaksian Ketua RW setempat di hadapan sang gubernur. Ia dengan tegas menyatakan warganya tidak pernah menerima sepeser pun bantuan air minum dari perusahaan.
“Enggak ada, Pak. Enggak ada. Enggak ada saya sebagai RW-nya saya juga Pak, belum enggak pernah minum dari Aqua, enggak ada,” ungkap Ketua RW dengan nada kecewa.
Pemandangan yang lebih menyakitkan tersaji saat KDM menemukan fakta bahwa air bersih berkualitas tinggi dari pipa pabrik justru dibuang percuma ke sungai karena tidak terpakai. Sebuah ironi yang menusuk, warga harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, sementara pabrik membuang sumber kehidupan itu begitu saja.
Truk Raksasa Perusak Jalan dan Eksploitasi Sopir
Masalah tidak berhenti di situ. Dedi Mulyadi kembali menyoroti penggunaan armada truk pengangkut air yang menjadi biang keladi hancurnya jalan provinsi yang baru dibangun. Hasil pengecekan di lokasi membuktikan adanya praktik kelebihan muatan yang brutal. Truk yang seharusnya hanya berkapasitas 5 ton, dipaksa mengangkut beban hingga 13 ton.
Baca Juga: Klaim Air Pegunungan Cuma Iklan? BPKN Siap Panggil Bos Aqua, Dugaan Pakai Air Sumur Bor Diselidiki
Kelebihan muatan yang hampir tiga kali lipat ini menjadi penyebab utama kerusakan infrastruktur. Lebih parahnya lagi, para sopir yang menanggung risiko membawa beban berlebih hanya diupah Rp 125.000 hingga Rp 150.000 per hari.
KDM menyebut ini sebagai bentuk ketidakadilan, di mana sopir dieksploitasi dengan beban kerja ganda demi keuntungan perusahaan, sementara fasilitas publik menjadi korban.
Ultimatum Keras Dedi Mulyadi: Ganti Armada atau Izin Melayang
Menyikapi temuan-temuan tersebut, Dedi Mulyadi tidak main-main dan langsung mengeluarkan serangkaian ultimatum tegas:
Pasang Timbangan Permanen: KDM akan memasang jembatan timbang di lokasi pabrik dan menggaji petugas untuk memastikan tidak ada lagi truk yang kelebihan muatan.
Wajib Ganti Armada: Perusahaan diultimatum untuk segera mewajibkan seluruh distributornya menggunakan truk kecil (sumbu dua) dan melarang truk raksasa (sumbu tiga atau lebih) melintasi jalan tersebut.
Berita Terkait
-
Disentil Menkeu Purbaya Soal Dana Mengendap, KDM: Itu Kas Daerah, Bukan Deposito!
-
BPKN Panggil AQUA, Imbas Dianggap Bohong Soal Jual Produk 'Air Gunung'?
-
Klaim Air Pegunungan Cuma Iklan? BPKN Siap Panggil Bos Aqua, Dugaan Pakai Air Sumur Bor Diselidiki
-
Aqua Diduga Gunakan Air Sumur, BPKN Akan Investigasi ke Pabrik
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Bobby dan Dedi Mulyadi: Data BI Akurat, Cek Lagi Dana Triliunan di Bank
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?
-
Tok! DPR Sahkan Prolegnas Prioritas 2026: Enam RUU Dicabut, RUU Penyadapan Masuk Daftar
-
Sentil Ulah Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Bencana, Puan: Harusnya Kepala Daerah Punya Empati
-
Bencana Sumatra: Pengamat Sebut Menhut Terdahulu Perlu Diperiksa, Termasuk Zulhas
-
Habiburokhman: Polisi Harus Usut Soal Hasutan Aksi Rusuh Pakai Bahan Peledak 10 Desember
-
Gerindra Soal Wacana Pemecatan Bupati Aceh Selatan: Kita Serah ke DPRD
-
Mensos Akui Masih Ada Daerah Terisolasi di Sumatra, Tapi Pasokan Logistik Mulai Teratasi