Suara.com - Fakta hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang memanas ini menarik untuk diketahui setelah ketegangan kedua negara tersebut kembali memanas di Laut Karibia.
Di tengah operasi militer Amerika Serikat di perairan Karibia, Presiden Nicolas Maduro menuduh Washington sedang menciptakan "perang baru" untuk menjatuhkannya dari kursi kekuasaan.
Pengerahan kapal induk raksasa USS Gerald R. Ford beserta armada tempur lainnya menandai meningkatnya langkah agresif AS di sekitar Venezuela.
Meski diklaim sebagai operasi pemberantasan narkoba, banyak pengamat menilai misi tersebut sarat dengan kepentingan politik dan upaya tekanan terhadap rezim Maduro.
Berikut ini 5 fakta yang menggambarkan bagaimana hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang memanas menjelang akhir tahun 2025, seperti disadur dari Al Jazeera dan sumber lainnya.
1. Pengerahan Kapal Induk Terbesar Dunia ke Karibia
Pengiriman USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia yang mampu membawa hingga 90 pesawat tempur, menjadi momen penting dalam meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela.
Menurut Pentagon, pengerahan ini merupakan bagian dari operasi pemberantasan narkoba di bawah Komando Selatan AS, yang membawahi wilayah Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia.
Namun, bagi pemerintah Venezuela, langkah tersebut dianggap sebagai tindakan provokatif.
Baca Juga: Rupiah Tumbang Dihantam Sentimen Global dan Lokal
Presiden Nicolas Maduro menuduh Washington sedang mencari alasan untuk memicu konflik bersenjata.
"Mereka berkata tak akan berperang lagi, tapi kini justru menciptakan perang baru," ujarnya dalam siaran resmi.
Banyak yang menduga, langkah itu merupakan bentuk tekanan politik dan militer untuk menggoyang kesetiaan pasukan Venezuela terhadap Maduro.
2. Serangan Laut AS Menelan Puluhan Korban
Selama dua bulan terakhir, operasi militer Amerika Serikat di Laut Karibia telah menewaskan sedikitnya 43 orang.
Washington mengklaim para korban adalah penyelundup narkoba, namun pemerintah Venezuela mengecam tindakan tersebut sebagai serangan sepihak yang melanggar hukum internasional.
AS menyebut kapal-kapal yang diserang memiliki kaitan dengan kelompok kriminal Tren de Aragua asal Venezuela.
Namun, sejumlah pihak meragukan kebenaran klaim itu karena bukti yang disampaikan dinilai lemah.
Bahkan, beberapa korban diduga hanyalah nelayan biasa yang menjadi korban salah sasaran.
Sejak serangan pertama pada awal September 2025, telah terjadi sepuluh insiden bersenjata di perairan Karibia, termasuk penghancuran kapal di dekat pantai Venezuela.
3. Kehadiran Kapal Perang AS di Trinidad dan Tobago
Ketegangan semakin terasa ketika kapal perang USS Gravely, jenis perusak peluru kendali Aegis, tiba di Port of Spain, ibu kota Trinidad dan Tobago, untuk latihan gabungan dengan militer setempat.
Pemerintah Trinidad menyebut latihan itu sebagai kegiatan rutin, namun masyarakat setempat tak bisa menutupi kekhawatiran mereka.
Selain melakukan latihan, kapal ini merupakan bagian dari kampanye militer besar-besaran yang diluncurkan Washington sejak Agustus lalu, melibatkan delapan kapal perang, sepuluh jet tempur F-35, dan satu kapal selam nuklir.
4. Tuduhan CIA dan Dugaan Operasi Rahasia
Ketegangan semakin meningkat ketika Presiden Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat dan CIA bersekongkol dengan pemerintah Trinidad dan Tobago untuk memicu provokasi militer.
Pemerintah Caracas bahkan mengklaim telah menangkap sejumlah tentara bayaran yang disebut memiliki keterkaitan dengan CIA dan tengah merencanakan serangan palsu (false flag attack) guna membuka jalan menuju perang terbuka.
Pihak Washington membantah keras tuduhan tersebut. Namun, pernyataan Presiden Donald Trump yang secara terbuka mengakui telah memberi izin operasi rahasia terhadap Venezuela justru memperkuat dugaan adanya perang tersembunyi di balik layar.
Banyak pihak meyakini, operasi intelijen dan aksi sabotase kini menjadi bagian dari strategi tekanan AS untuk melemahkan pemerintahan Maduro.
5. Konflik Politik yang Jadi Pemicu
Di balik memanasnya situasi militer, tersimpan konflik politik yang jauh lebih dalam. Amerika Serikat menolak mengakui hasil pemilu Venezuela tahun 2024 yang dimenangkan oleh Nicolas Maduro, dengan alasan prosesnya tidak bebas dan tidak adil.
Pihak oposisi bahkan mengklaim kemenangan versi mereka berdasarkan hasil hitung internal.
Washington pun menegaskan bahwa pemerintahan Maduro bukanlah pemerintahan yang sah, melainkan "organisasi kriminal" yang terlibat langsung dalam jaringan perdagangan narkoba asal Kolombia.
Sebaliknya, Caracas menuduh AS menjadikan isu narkotika sebagai dalih untuk menutupi tujuan sebenarnya, yaitu menggulingkan rezim Maduro.
Sebagai langkah antisipasi, Venezuela kini memperkuat pertahanan di sepanjang pesisirnya dan bersiap menghadapi potensi ancaman militer dalam skala besar.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas
Berita Terkait
-
Rupiah Tumbang Dihantam Sentimen Global dan Lokal
-
Donald Trump Ancam Pindahkan Venue Piala Dunia 2026, Ini Penyebabnya
-
Menkeu Purbaya soal Perang Dagang AS-China: Biar Aja Mereka Berantem, Kita Untung!
-
Nobel Perdamaian Dikasih ke Pendukung Genosida? 5 Dosa Pemenang Nobel 2025 yang Bikin Geger
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Jejak Korupsi POME: Dari Kantor ke Rumah, Kejagung 'Kunci' Pejabat Bea Cukai
-
'Spill' Blueprint Gen Z Ideal Versi Megawati: Cerdas, Melek Politik, dan Merawat Bumi
-
Respons Kejagung Usai Sandra Dewi Cabut Gugatan Keberatan Perampasan Aset
-
Diduga Imbas Tabung Gas Bocor, Wanita Lansia Bos Warung Makan di Penjaringan Tewas Terpanggang
-
Gus Miftah 'Sentil' Soal Kiai Dibully Gara-Gara Es Teh, Publik: Belum Move On?
-
Buron! Kejagung Kejar Riza Chalid, WNA Menyusul di Kasus Korupsi Pertamina
-
Dilema Moral Gelar Pahlawan Soeharto, Bagaimana Nasib Korban HAM Orde Baru?
-
Pria Tewas Terlindas Truk di Pulogadung: Saksi Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Utang Kopi
-
Telan Kerugian Rp1,7 Miliar, Kebakaran Gudang Dekorasi Pesta di Jaktim karena Apa?
-
Divonis 4 Tahun dan denda Rp1 Miliar, Nikita Mirzani Keberatan: Ini Belum Berakhir!