News / Nasional
Kamis, 30 Oktober 2025 | 11:07 WIB
Ilustrasi wawancara. Pendidik sekaligus aktivis pendidikan, Najelaa Shihab. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Baca 10 detik
  • Nama Najelaa Shihab menjadi sorotan setelah terungkap sebagai anggota grup WhatsApp "Mas Menteri Core Team", namun ia membantah terlibat dalam urusan proyek Chromebook yang diduga korupsi
  • Jauh sebelum isu ini, Najeela dikenal sebagai tokoh reformasi pendidikan, pendiri Sekolah Cikal, Sekolah Murid Merdeka (SMM), dan penggagas gerakan "Semua Murid Semua Guru"
  • Sebagai lulusan S2 Psikologi UI dan putri Quraish Shihab, ia telah mendedikasikan lebih dari 20 tahun untuk membangun ekosistem pendidikan yang berpihak pada murid melalui berbagai platform luring dan daring

Suara.com - Nama Najelaa Shihab, kakak kandung jurnalis Najwa Shihab, mendadak kembali menjadi buah bibir. Pemicunya adalah keterlibatannya dalam grup WhatsApp eksklusif “Mas Menteri Core Team” yang dibentuk oleh mantan Mendikbudristek, Nadiem Makarim.

Grup yang disebut-sebut berisi para ahli dan mitra strategis pendidikan itu diduga menjadi wadah Nadiem untuk meminta masukan terkait kebijakan. Najeela mengakui keberadaannya di dalam grup tersebut bersama sejumlah tokoh pendidikan independen lainnya.

Namun, ia dengan tegas membantah keterlibatan atau pemberian masukan apa pun terkait proyek pengadaan laptop Chromebook yang kini tengah diselidiki Kejaksaan Agung atas dugaan korupsi.

Najelaa menegaskan, perannya murni sebatas memberikan rekomendasi kebijakan pendidikan melalui lembaga yang ia pimpin, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK).

Meski namanya terseret dalam isu tersebut, Najelaa Shihab bukanlah sosok baru. Ia adalah raksasa di dunia pendidikan Indonesia, seorang inovator yang telah mendedikasikan lebih dari dua dekade hidupnya untuk mereformasi cara anak-anak Indonesia belajar.

Lahir di Ujungpandang pada 11 September 1976, Najeela adalah putri sulung dari cendekiawan Muslim terkemuka, Prof. Muhammad Quraish Shihab. Minatnya pada dunia pendidikan sudah tertanam sejak belia, dengan cita-cita menjadi guru yang ia pegang teguh sejak kelas dua SD.

Impian itu mulai diwujudkan secara serius saat ia menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), di mana ia berhasil meraih gelar S1 dan S2. Berbekal ilmu psikologi anak dan pendidikan, Najeela tak butuh waktu lama untuk menerjemahkan visinya menjadi aksi nyata.

Pada tahun 1999, di usianya yang baru menginjak 23 tahun, ia mendirikan Sekolah Cikal. Ini bukan sekadar sekolah, melainkan sebuah gebrakan. Cikal dirancang sebagai lembaga pendidikan progresif yang berfokus pada pengembangan "5 Stars Competencies", sebuah kurikulum yang menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan moral. Dari Kemang, Cikal kini telah menyebar ke kota-kota besar lainnya.

Tak puas hanya dengan Cikal, Najelaa terus melahirkan inovasi. Pada 2012, ia meluncurkan Inibudi.org, sebuah platform video pembelajaran gratis dari guru untuk semua.

Baca Juga: Najelaa Shihab Akui Masuk Grup WA 'Mas Menteri', Tapi Kejagung Membantah, Mana yang Benar?

Empat tahun berselang, ia menginisiasi gerakan kolaboratif "Semua Murid Semua Guru", sebuah jaringan yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut andil memajukan pendidikan.

Era digital dijawabnya dengan meluncurkan Sekolah Murid Merdeka (SMM) pada 2019, sebuah platform blended learning yang menggabungkan metode daring dan tatap muka. Inovasi ini, bersama dengan Sekolah.mu dan Kampus Guru Cikal, kini menjadi salah satu ekosistem pendidikan digital terbesar di Tanah Air.

Sederet penghargaan bergengsi pun diraihnya, termasuk dinobatkan sebagai Asia’s Top Outstanding Women Marketeer of the Year pada 2023. Di luar itu, ia aktif di berbagai organisasi sosial dan lingkungan, membuktikan kepeduliannya yang melampaui batas ruang kelas.

Selama lebih dari dua dekade, Najelaa Shihab telah menjadi motor penggerak transformasi pendidikan. Ia tidak hanya menawarkan wacana, tetapi membangun model-model konkret melalui sekolah, platform digital, dan jaringan kolaborasi.

Meski kini namanya disebut dalam pusaran isu grup WhatsApp Nadiem Makarim, ia menegaskan fokusnya tidak pernah bergeser dari upaya pembenahan pendidikan Indonesia.

Load More