-
- Lebih dari 5.000 km² mangrove hilang secara global, termasuk laju kerusakan sistematis di Indonesia.
- Hilangnya mangrove berakibat pada naiknya abrasi, banjir rob, rusaknya mata pencaharian pesisir, dan meningkatnya emisi karbon.
- Restorasi berbasis data seperti MERA dan SECURE membuka peluang pemulihan ekosistem, jika dilakukan konsisten dan kolaboratif.
Suara.com - Di banyak pesisir dunia, hutan mangrove bekerja dalam diam. Akar-akar yang mencengkeram sedimen memperlambat arus, memecah gelombang, dan menjadi benteng pertama dari abrasi serta badai.
Ekosistem ini menyimpan karbon dalam jumlah besar, menjadi habitat penting bagi berbagai biota, sekaligus menopang mata pencaharian masyarakat pesisir.
Namun dua dekade terakhir, benteng alam itu mulai runtuh oleh ekspansi tambak, pembangunan pesisir, dan tekanan perubahan iklim.
Kerusakan ekosistem ini tercermin dalam bencana yang terus meningkat. Dari topan di Siargao yang meluluhlantakkan permukiman hingga banjir rob di sepanjang pesisir utara Jawa, absennya perlindungan mangrove semakin terlihat dalam skala kerusakan.
Secara global, lebih dari 5.000 kilometer persegi mangrove hilang dalam kurun 1996–2020. Evaluasi terbaru bahkan menunjukkan lebih dari separuh mangrove dunia berada dalam kondisi rentan.
Indonesia: Pemilik Mangrove Terluas, Tapi juga Paling Tertekan
Indonesia memegang peran kunci sebagai negara dengan mangrove terbesar di dunia. Namun, tekanan terhadap ekosistem ini juga tak kalah besar.
Kalimantan Timur menjadi contoh paling gamblang bagaimana migrasi besar-besaran sejak 1970-an mengubah pesisir menjadi pusat tambak dan permukiman baru.
Di Delta Mahakam dan Teluk Balikpapan, ribuan hektare mangrove berubah fungsi, meninggalkan jejak kehilangan ekosistem yang masif.
Baca Juga: Tak Tercatat Statistik, tapi Menghidupi Pesisir: Potret Perempuan Nelayan
Temuan ini dipertegas oleh penelitian “Pentingnya Restorasi di Tengah Laju Kerusakan Mangrove” dari Remote Sensing Officer Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Dzimar Akbarur Rokhim Prakoso.
Ia mencatat bagaimana data satelit memperlihatkan laju deforestasi yang signifikan di Kalimantan Timur antara 1990–2019.
Menurutnya, “Kita sedang melihat pola kehilangan mangrove yang bukan lagi sporadis, tetapi sistematis. Dan ketika mangrove hilang, risiko bencana pesisir langsung meningkat, dari abrasi, banjir rob, hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat.”
Dzimar menekankan bahwa kerusakan ini tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga sosial-ekonomi. “Di banyak desa pesisir, mangrove adalah sumber hidup. Ketika rusak, yang paling dulu merasakan dampaknya adalah masyarakat yang paling rentan.”
Mengapa Restorasi Mendesak
Mangrove mampu menyimpan karbon hingga empat kali lebih besar dibanding hutan daratan. Ketika rusak, simpanan karbon itu kembali ke atmosfer dan memperburuk krisis iklim. Karena itu, restorasi menjadi strategi mitigasi penting.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
Terkini
-
Menguak Pemilik PT Toba Pulp Lestari, Benarkah Luhut di Balik Raksasa Kertas Ini?
-
Menteri LH Ungkap Hutan Lindung Jabar Susut 1,2 Juta Hektare, Potensi Bencana Meningkat
-
Saksi Sebut Pertamina Butuh Kapal VLGG untuk Angkut LPG Berskala Besar
-
Boleh 'Caroling' di Sudirman saat Natal! Pramono Siapkan Pesta Tahun Baru 2026 di Jakarta
-
Indonesia Kembali Ekspor Udang Bebas Cesium-137 ke AS, Total Capai Rp949 Miliar
-
Bertahan di Tengah Tantangan, Para Pemimpin Media Ungkap Strategi Jaga Bisnis dan Kredibilitas
-
Serikat Pekerja Geruduk Balai Kota: Tuntut Upah yang Hilang, Sindir 'Jakarta Menyala' Jadi Gelap
-
Setelah Periksa Ridwan Kamil, KPK Buka Peluang Tersangka Baru di Kasus BJB
-
DPR Kritik Pernyataan Cak Imin soal Tobat Nasuha, Minta Pemerintah Fokus pada Solusi Bencana
-
Dugaan Korupsi Pertamina, Direktur JMN Jelaskan Soal Izin Usaha Migas Terkait Penyewaan Kapal