- Menteri PPPA Arifah Fauzi menyoroti perempuan sebagai kelompok yang paling membutuhkan pendekatan trauma berkelanjutan pascabencana Sumatra.
- Perempuan memikul beban ganda dalam penanganan logistik dan pengasuhan anak, sering menjadi kelompok terakhir menerima layanan.
- Penting segera menjalankan layanan trauma *healing* dan psikososial bagi penyintas untuk membangun resiliensi jangka panjang.
Suara.com - Dalam tenda pengungsi korban banjir bandang Sumatra dengan kondisi seadanya, seolah tak memengaruhi anak-anak untuk tetap bermain. Situasi itu sekilas menenangkan, seolah bencana yang menerjang seminggu sebelumnya tak menyentuh mereka.
Namun di sisi tenda, para perempuan duduk saling berdekatan. Raut wajah nampak berbeda dari seminggu sebelumnya, ketika hidup mereka masih normal dalam rumah yang selama ini jadi pelindung raga.
Ketika Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, tiba di lokasi, ia langsung menangkap kontras itu.
“Saya melihat justru yang trauma yang perlu pendekatan berkelanjutan adalah kaum perempuan karena dia melihat rumahnya hanyut, kemudian bagaimana masa depannya,” kata Arifah.
Meski begitu, bukan berarti anak-anak bisa dibiarkan begitu saja kondisi psikisnya. Di balik canda tawa dan keriangan anak-anak, ada ancaman jangka panjang yang juga perlu dipikirkan.
"Kita lihat anak-anak kelihatannya mereka tidak trauma karena mereka bermain. Tapi itu punya kesan mendalam yang akan dibawa sampai nanti dewasa," ungkap Arifah.
Beban Berlapis yang Ditanggung Perempuan
Di lokasi pengungsian, perempuan muncul sebagai figur utama di balik layar. Harus menjaga anak, memastikan logistik, menjaga keamanan keluarga, dan sekaligus mengurus dirinya sendiri. Dalam penelitian Universitas PGRI Mandiun (2021) disebutkan bahwa kondisi perempuan selama bencana di Indonesia menghadapi berbagai kerentanan karena beban domestik dan peran sosialnya.
Selain itu, kajian lain menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapasitas adaptasi dalam pemulihan pasca bencana, namun ini tak menghapus fakta bahwa mereka memikul beban lebih berat.
Baca Juga: Bukan Stok Habis, Kelangkaan BBM di Aceh, Sumut, Sumbar Karena Akses Distribusi
Gangguan psikis bahkan bisa berkepanjangan meskipun kondisi darurat bencana telah selesai. Psikolog Universitas Paramadina M. Iqbal mengungkapkan bahwa dampak psikologis Setelah bencana bisa berupa Acute Stress Reaction, Anxiety Disorders, Prolonged Grief Disorder, hingga Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
"Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30–50 persen penyintas bencana besar dapat mengalami gejala PTSD dalam tiga bulan pertama," katanya.
Dalam observasi lapangan, masyarakat menunjukkan gejala seperti sulit tidur, mimpi buruk, ketakutan terhadap suara hujan atau gemuruh, penurunan minat aktivitas, menarik diri dari interaksi sosial, hingga gejala depresi.
Sumatra dalam Fokus
Di wilayah yang terdampak di Sumatra, sejumlah kendala medan dan logistik memperparah kondisi. Akses yang sulit, jalan rusak, pengungsian yang belum ideal, semuanya menjadi hambatan bagi penanganan yang cepat dan tepat.
Dalam banyak kasus, perempuan menjadi kelompok terakhir yang secara penuh mendapatkan layanan karena mereka sibuk mengurus keluarga dan logistik sehari-hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Penyakit Mulai Hantui Pengungsi Banjir Sumatra, Kemenkes Diminta Gerak Cepat
-
Soal DPR Lakukan Transformasi, Puan Maharani: Ini Niat Baik, Tapi Perlu Waktu, Tak Bisa Cepat
-
BGN Larang Ada Pemecatan Relawan di Dapur MBG Meski Jumlah Penerima Manfaat Berkurang
-
KPK Akui Sedang Lakukan Penyelidikan Kasus Dugaan Korupsi di PT LEN Industri
-
KPK Periksa Lagi Bos Maktour Usai Penyidik Pulang dari Arab, Jadi Kunci Skandal Kuota Haji
-
Buntut Kayu Gelondongan di Banjir Sumatra, Puan Bicara Peluang Revisi UU Kehutanan
-
Polda Riau Kirim Bantuan Gelombang Keempat, 3.459 Alat Kerja Dikerahkan ke Aceh dan Sumbar
-
Arogansi Opang Stasiun Duri: Viral Pukuli Ojol, 2 Pelaku Diciduk Meski Korban Hilang
-
Tri Tito Lantik Anggieta Bestari Tabo sebagai Ketua TP PKK dan Tim Pembina Posyandu Papua Pegunungan
-
Bikin Korban Malu, Pria Ini Ditangkap Usai Jual Tiket BLACKPINK Palsu Seharga Rp5 Juta