-
Feminist Festival 2025 di Jakarta menghasilkan rekomendasi penting tentang keadilan reproduksi, menuntut negara mengintegrasikan pendidikan kesehatan komprehensif dan akses layanan tanpa diskriminasi.
-
Isu eksplorasi alam menyoroti kerentanan perempuan dan menuntut negara untuk bertanggung jawab dan memberikan pemulihan adil, termasuk jaminan kesehatan, sanitasi, dan perlindungan hukum.
-
Tuntutan pada isu kekerasan berbasis gender dan femisida mencakup pembentukan hukum pidana khusus femisida dan reformasi sistemik pemulihan korban untuk mengatasi kegagalan perlindungan negara.
Suara.com - Perkumpulan Lintas Feminist Jakarta atau yang lebih dikenal sebagai Jakarta Feminist menggelar Feminist Festival 2025 dengan mengusung tema “Panggung Ingatan Suara Perempuan" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Sabtu (6/12/2025).
Dalam agenda tersebut mereka menyampaikan sejumlah rekomendasi yang dihimpun berdasarkan kesaksian dan pengalaman perempuan terkait sejumlah isu di antaranya keadilan reproduksi, dampak eksplorasi alam bagi perempuan hingga kekerasan terhadap perempuan dan femisida. Pembacaan rekomendasi itu mereka kemas dalam sesi "Ruang Dengar Suara Perempuan."
Ayu Oktariani, aktivis perempuan menyuarakan soal keadilan reproduksi. Ayu menyampaikan sejumlah tuntutan yang harus didengarkan oleh negara.
"Yang pertama adalah kami menuntut negara untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif dalam sistem pendidikan nasional," kata Ayu.
Tuntutan itu menjadi penting, karena berhubungan dengan tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi, serta berkaitan langsung dengan keadilan reproduksi.
"Kemudian kita juga menuntut negara untuk dapat memastikan adanya akses layanan yang berkualitas tanpa stigma diskriminasi dan terintegrasi dengan pemberian layanan kesehatan umum sampai ke tingkat kesehatan primer," ujar Ayu.
Terakhir, Ayu menuntut agar penegakan hukum dijalankan dengan mengutamakan pemulihan korban, dan berperspektif gender.
Nurma Dian dari Perhimpunan Jiwa Sehat menyampaikan isu dampak eksplorasi alam bagi perempuan. Berdasarkan kesaksian dan pengalaman yang dihimpunnya, suara perempuan kerap diabaikan dalam eksplorasi alam.
"Kita tidak meminta belas kasihan, kita menuntut pertanggung jawaban dan pemulihan yang adil," kata Nurma.
Baca Juga: Rapat Darurat Hambalang: Prabowo Ultimatum Listrik Sumatera Nyala 2 Hari, Jalur BBM Wajib Tembus
Ditegaskannya perempuan menjadi kelompok yang paling rentan ketika kerusakan lingkungan terjadi, karena eksploitasi alam.
"Kita menanggung beban ganda, merawat keluarga yang sakit, mencari air yang makin langka dan sekalipun menjadi penjaga ekosistem di garis depan perlawanan," kata Nurma.
Nurma menyampaikan sejumlah tuntutan yang harus didengarkan pemerintah, di antaranya akses jaringan listrik yang stabil dan berkelanjutan. Rumah panggung yang antisipatif terhadap banjir rob, serta inklusif bagi lansia dan disabilitas. Selain itu, mereka menuntut akses air bersih dan sanitasi yang layak.
"Kami juga menuntut jaminan kesehatan dan disabilitas yang inklusif. Cemaran H2O telah merusak paru-paru anak-anak kami. Rob merampas akses ke klinik. Kami menuntut klinik keliling pesisir dan klinik lokal di kawasan industri. Layanan kesehatan reproduksi yang ramah disabilitas dan ketersediaan alat bantu disabilitas," ujarnya.
Tak kalah penting mereka juga menuntut pemulihan ekologis yang terintegrasi dengan menghentikan aktivitas industri yang merusak lingkungan seperti hutan mangrove, sumber mata air, dan aliran sungai.
"Kami juga menuntut perlindungan hukum dan HAM. Stop intimidasi dan kekerasan terhadap perempuan pembela lingkungan," tegas Nurma.
Berita Terkait
-
Rapat Darurat Hambalang: Prabowo Ultimatum Listrik Sumatera Nyala 2 Hari, Jalur BBM Wajib Tembus
-
Prabowo Beri Hasto Amnesti, Habiburokhman: Agar Hukum Tak Jadi Alat Balas Dendam Politik
-
Johan Budi Dukung Abolisi dan Amnesti Tom Lembong - Ira Puspadewi, Tapi Kritisi Untuk Hasto
-
Waspada Rob! Malam Minggu Pluit dan Marunda Masih Tergenang, BPBD DKI Jakarta Kebut Penyedotan Air
-
Update Banjir Rob Jakarta: 17 RT Kepulaun Seribu Terdampak, 6 RT di Jakarta Utara Kembali Terendam!
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Jalan Lintas Pidie Jaya - Bireuen Aceh Kembali Lumpuh Diterjang Banjir Minggu Dini Hari
-
Bahlil dan Raja Juli Serang Balik Cak Imin Usai Suruh Taubat 3 Menteri, Pengamat: Dia Ngajak Perang!
-
Rapat Darurat Hambalang: Prabowo Ultimatum Listrik Sumatera Nyala 2 Hari, Jalur BBM Wajib Tembus
-
Prabowo Beri Hasto Amnesti, Habiburokhman: Agar Hukum Tak Jadi Alat Balas Dendam Politik
-
Johan Budi Dukung Abolisi dan Amnesti Tom Lembong - Ira Puspadewi, Tapi Kritisi Untuk Hasto
-
Waspada Rob! Malam Minggu Pluit dan Marunda Masih Tergenang, BPBD DKI Jakarta Kebut Penyedotan Air
-
Habiburokhman Bela Zulhas yang Dituding Rusak Hutan hingga Bencana Sumatera: Agak Lucu Melihatnya!
-
Gebrakan Mendagri Tito untuk Geopark Disambut Baik Ahli: Kunci Sukses di Tangan Pemda
-
Darurat Kekerasan Sekolah! DPRD DKI Pastikan Perda Anti Bullying Jadi Prioritas 2026
-
Update Banjir Rob Jakarta: 17 RT Kepulaun Seribu Terdampak, 6 RT di Jakarta Utara Kembali Terendam!