Suara.com - Indonesia sudah bertahun-tahun berada dalam paradoks energi, impor BBM yang menggerus devisa, namun kesulitan menyiapkan fondasi untuk memproduksi bahan bakar alternatif di dalam negeri.
Pada Oktober lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyebut impor minyak membuat devisa negara hilang Rp 776 triliun per tahun angka yang menggambarkan betapa rentannya ketahanan energi nasional.
Di tengah tekanan itu, bioetanol sering disebut sebagai peluang besar, tetapi hingga kini masih lebih banyak menjadi wacana ketimbang langkah nyata.
Hal itu kembali mencuat dalam Kagama Leaders Talk: Revolusi Bioetanol – Mewujudkan Sinergi Hulu-Hilir, Senin (8/11/2025). VP Technology & Engineering Pertamina Power Indonesia, Nanang Kurniawan, menilai hambatan terbesar bukan pada teknologi atau kesiapan petani, melainkan pada absennya mandat kebijakan yang tegas.
Tanpa target pencampuran (blending mandate), industri tidak punya arah untuk menambah kapasitas, investor tidak mampu menghitung risiko, dan rantai pasok enggan berbenah. Ketidakjelasan itu berujung pada masalah klasik: bahan baku yang tidak stabil.
Tebu, molases, hingga jagung berada dalam fluktuasi produktivitas, harga, dan kompetisi industri, sementara integrasi hulu–hilir yang seharusnya menjamin suplai belum terbentuk.
Di sisi lain, Direktur Utama Medco Papua dan Komisaris Utama Medco Ethanol Lampung, Budi Basuki, melihat peluang besar yang justru tak dimanfaatkan. Indonesia memiliki siklus panen dua hingga tiga kali setahun, lebih tinggi dibanding Amerika atau Brasil.
Dengan intervensi di hulu, terutama untuk meningkatkan produktivitas pertanian, ia yakin biaya produksi bisa turun dan pendapatan petani menjadi lebih stabil.
Budi mencontohkan pabrik gula yang mendapat hingga 90 persen pasokannya dari petani kecil, sebuah model yang menurutnya cocok untuk bioetanol.
Baca Juga: Update Harga BBM Shell yang Resmi Stok Tersedia Mulai Hari Ini
Namun suplai molases, bahan baku utama, justru banyak diekspor, membuat kapasitas nasional tidak pernah optimal.
Meski demikian, semua itu bukan tanpa kritik. Dalam sebuah pernyatannya, Greenpeace Indonesia menilai percepatan bioenergi berisiko menjadi dalih baru membuka hutan.
Proyek Strategis Nasional kebun tebu–bioetanol di Merauke disebut berpotensi melepaskan 221 juta ton CO dari pembukaan 560 ribu hektare vegetasi alamisetara emisi 48 juta mobil per tahun.
“Ini saja sudah cukup menggagalkan target iklim Indonesia di COP30,” kata juru kampanye hutan Refki Saputra.
Ia menggarisbawahi, bahwa energi hijau tidak boleh mengulang jejak lama: menebang hutan demi pertumbuhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Cak Imin Sentil Menteri Keuangan: Anggaran Negara Harus Tepat Sasaran dan Dorong Produktivitas
-
BK DPRD DKI Alihkan Panggung BK Award 2025 untuk Galang Dana Bencana Sumatra
-
Menhut Segel 3 Subjek Perusak Hutan, Total 7 Terkait Banjir Sumatra, Ini Daftarnya
-
Kepala BNPB Sebut Banjir Sumatra Cuma Mencekam di Medsos: Auto Tuai Kritik Keras dari DPR
-
Golkar Usul Koalisi Permanen-Pilkada Lewat DPRD, Puan: Nanti Dulu, Indonesia Lagi Berduka
-
Pemerintah Tolak Bantuan Internasional untuk Sumatra, Cak Imin: Kita Masih Kuat Kok
-
Telkom & Universitas Negeri Padang Resmikan Digistar Club, Cetak Talenta AI Unggul di Sumbar
-
Bekasi Timur Geger, Pria 61 Tahun di Bekasi Diciduk Usai Samarkan 14,6 Kg Ganja dalam Dua Kardus!
-
Skandal Wedding Organizer Ayu Puspita: Lima Orang Dilaporkan ke Polisi, Korban Rugi Ratusan Juta
-
Idrus Marham Usul Muktamar PBNU Dipercepat ke Mei 2026 demi Akhiri Konflik