News / Nasional
Selasa, 09 Desember 2025 | 20:55 WIB
pedestrian Jogja belum ramah difabel (Dok SIGAB)
Baca 10 detik
  • Audit trotoar oleh difabel di kawasan Tugu menunjukkan akses masih buruk: jalur pemandu terputus, trotoar dipakai parkir, dan terhalang PKL.
  • Kegiatan ini bagian dari Tamasya Jogjalan Serius pada Pekan Inklusi Difabel 2025 untuk menyoroti hak difabel dalam ruang publik.
  • Hasil audit akan diserahkan ke pemerintah agar fasilitas pedestrian yang dibangun benar-benar sesuai kebutuhan.

Suara.com - Sekelompok difabel melakukan audit aksesibilitas trotoar di kawasan Tugu Yogyakarta, Minggu (7/12/2025). Dari hasil audit ditemukan sejumlah hambatan yang membuat area pedestrian tersebut belum ramah bagi pengguna difabel.
Selama penelusuran, mereka mendapati jalur pemandu yang terputus, trotoar yang dipakai parkir liar sepeda motor, hingga gerobak pedagang kaki lima yang menutup jalur.

Audit ini merupakan bagian dari Tamasya Jogjalan Serius, rangkaian acara Pekan Inklusi Difabel 2025 yang digelar Sasana Inklusi dan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia pada 7–8 Desember untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional.

Difabel netra yang mengikuti kegiatan, Okto Wahyudi mengaku beberapa kali harus menahan rasa takut saat menyusuri jalur pemandu yang terputus atau terhalang parkiran kendaraan.

Dalam beberapa titik, ia bahkan harus turun ke badan jalan karena guiding block dipenuhi gerobak pedagang kaki lima.

“Itu padahal didampingi, tapi tetap masih khawatir, ragu-ragu jalan di guiding block. Saya tidak bisa membayangkan kalau difabel berjalan sendirian,” ujar Okto.

Okto berharap pemerintah lebih serius membangun aksesibilitas ruang publik dan memastikan masyarakat difabel terlibat dalam proses perencanaan.

“Kalau difabel dilibatkan dalam proses pembangunan di ruang publik, enggak ada lagi guiding block yang enggak sesuai dan bangunan aksesibilitas lainnya,” ujarnya.

Ketua Komunitas Pedestrian Jogja, Abiyyi Yahya Hakim, yang mengawal jalannya audit mengatakan, kegiatan audit aksesibilitas trotoar menjadi upaya menyadarkan publik bahwa difabel adalah bagian dari pengguna layanan publik yang berhak atas fasilitas aman dan nyaman.

Menurut Abi, hambatan seperti guiding block terputus maupun halangan fisik lainnya masih sering ditemui di sepanjang kawasan Tugu, mulai dari Jalan C. Simanjuntak hingga Jalan Jenderal Sudirman.

Baca Juga: Atasi Macet TB Simatupang, Pemprov DKI Alihfungsikan 7 Titik Trotoar Rusak Sampai November 202

“Yang perlu jadi catatan, ini baru di Tugu, di kawasan lain juga masih banyak dengan tantangan yang berbeda,” tutur Abi.

Ia menambahkan, masalah lain yang mendasar adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami hak difabel serta fungsi fasilitas aksesibilitas di trotoar.

Hasil audit tahun ini, lanjut Abi, akan disusun, didokumentasikan, dan dilaporkan kepada pemerintah.

“Setiap tahun kami ada catatan, laporan dan temuan terkait pedestrian di Jogja. Dan akan kami sampaikan hasil ini ke pemerintah,” kata Abi.

Load More