- Roy Suryo ungkap lima kejanggalan teknis pada ijazah Jokowi di Polda Metro Jaya.
- Temuan mencakup kualitas pasfoto yang terlalu tajam dan indikasi cetak ulang modern.
- Dokter Tifa soroti perbedaan format transkrip nilai Jokowi dengan standar lulusan UGM 1985.
Suara.com - Ijazah Jokowi kembali menjadi pusat perhatian publik setelah Pakar Telematika, Roy Suryo, membeberkan serangkaian temuan teknis yang dinilai janggal.
Dalam gelar perkara khusus yang dihelat di Polda Metro Jaya pada Senin (15/12/2025), isu keaslian dokumen akademik Presiden ke-7 Republik Indonesia ini dikupas secara mendalam.
Roy Suryo, yang hadir langsung untuk melihat bukti fisik yang disita penyidik, menyoroti setidaknya lima poin krusial yang membuatnya semakin yakin bahwa dokumen tersebut bukan produk cetak tahun 1980-an.
Sorotan utama Roy tertuju pada kondisi fisik pasfoto yang terlampir.
Menurutnya, karakteristik foto tersebut memiliki resolusi dan ketajaman yang tidak lazim untuk teknologi fotografi era 1985, tahun di mana Jokowi dinyatakan lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia menilai, degradasi warna dan kertas foto selama 40 tahun seharusnya meninggalkan jejak penuaan yang signifikan, namun hal itu tidak ditemukan pada barang bukti tersebut.
"Saya dengan lantang dan tegas mengatakan, saya sangat ragu (pasfoto di ijazah Jokowi) bahwa itu usia (foto) sudah lebih dari 40 tahun," ungkap Roy Suryo memberikan penekanan pada analisis visualnya.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan detail teknis mengenai tekstur kertas dan tinta. "(Kualitas foto) Terlalu tajam, terlalu baru barang itu sebagai foto yang dicetak dengan kertas foto pada tahun 1980-an," katanya menambahkan.
Indikasi Cetak Baru dan Garis Misterius
Baca Juga: Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
Kejanggalan kedua yang diungkap mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ini adalah adanya garis vertikal di bagian kiri dokumen ijazah.
Dalam standar pencetakan dokumen resmi negara atau universitas, kehadiran garis tepi tambahan yang tidak fungsional dianggap sebagai anomali.
Roy menduga kuat bahwa garis tersebut adalah residu dari proses pencetakan ulang atau re-printing menggunakan mesin modern, bukan mesin cetak konvensional yang digunakan UGM pada masa itu.
"Itu mungkin hasil dari re-printing atau print baru," ujarnya saat menganalisis kemungkinan asal-usul dokumen yang diperlihatkan penyidik.
Analisis Roy berlanjut ke elemen grafis, yakni logo Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan perbandingan dengan ijazah alumni UGM lainnya dari angkatan yang sama, logo UGM seharusnya berwarna emas dengan karakteristik tinta yang khas.
Namun, pada ijazah Jokowi, Roy menemukan anomali warna yang tidak sesuai standar. Selain itu, daya tahan tinta pada logo tersebut juga menjadi pertanyaan besar.
Dokumen yang telah berusia empat dekade umumnya mengalami pemudaran warna atau oksidasi pada tinta emasnya. Namun, logo pada ijazah mantan Wali Kota Solo tersebut terlihat masih sangat utuh dan cemerlang, seolah baru saja dicetak.
Roy juga menyoroti aspek emboss (huruf timbul) pada ijazah yang menurutnya hanyalah citra visual semata, bukan hasil cetak timbul fisik yang sesungguhnya.
Urutan Pencetakan yang Terbalik
Poin teknis paling krusial yang ditemukan Roy terletak pada metode pencetakan atau layering tinta.
Berdasarkan studi komparasi terhadap ijazah asli lulusan UGM lainnya, urutan proses cetak yang baku adalah penulisan teks terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh pembubuhan logo instansi.
Hal ini dapat dibuktikan melalui mikroskopis di mana tinta logo akan menimpa tinta tulisan jika terjadi persinggungan.
Namun, fakta terbalik justru ditemukan pada dokumen Jokowi.
"Dalam ijazah itu ada dua tipe pencetakan, logo dulu baru tulisan atau tulisan dulu baru logo," jelas Roy memaparkan teori teknisnya.
Ia menegaskan bahwa temuan ini sangat kontradiktif dengan pakem ijazah UGM seangkatannya.
"Yang jelas, pada ijazah (Jokowi) yang ditunjukkan tadi, tetap berbeda dengan contoh atau perbandingan ijazah (lulusan UGM) lainnya. Yang lainnya di sini, tulisan baru logo," ujarnya.
Rangkaian temuan ini memperkuat keyakinan Roy Suryo terhadap hipotesis yang selama ini ia perjuangkan. Tanpa ragu, ia menyebutkan bahwa pendiriannya mengenai validitas dokumen tersebut tidak goyah sedikitpun.
"Hasil dari kami tentang 99 persen (ijazah Jokowi) palsu itu tidak pernah berubah," katanya.
Anomali Transkrip Nilai Versi Dokter Tifa
Tak hanya soal fisik ijazah, keraguan juga merambat ke dokumen transkrip nilai. Pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma atau yang akrab disapa Dokter Tifa, turut memberikan kesaksian dalam kesempatan yang sama.
Ia menyoroti perbedaan format yang mencolok antara transkrip nilai milik Jokowi dengan milik lulusan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 lainnya.
Dokter Tifa mengaku memiliki pembanding yang valid untuk membuktikan argumennya.
"Kebetulan kami bertiga (dokter Tifa, Roy Suryo, Rismon Sianipar) punya spesimen transkrip nilai Fakultas Kehutanan UGM keluaran tahun 1985 yang sangat berbeda dengan transkrip nilai (Jokowi) yang disita kepolisian," ujarnya.
Beberapa elemen administratif penting disebut absen dalam dokumen tersebut, seperti tanda tangan Dekan dan Pembantu Dekan I yang seharusnya menjadi syarat legalisasi transkrip pada masa itu.
Lebih jauh, Dokter Tifa menyoroti teknik penulisan nilai yang masih menggunakan tulisan tangan pada dokumen Jokowi.
Menurutnya, institusi sekelas UGM pada tahun 1985 sudah menggunakan mesin ketik manual untuk penulisan angka di transkrip akademik guna menjaga kerapian dan keamanan data.
"Itu sama sekali tidak lazim untuk lulusan sarjana Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985. Seharusnya angka (nilai Jokowi) dicetak dengan mesin ketik manual," katanya menutup paparan kejanggalan tersebut.
Berita Terkait
-
Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
-
Isi Amplop Terkuak! Kubu Roy Suryo Yakin 99 Persen Itu Ijazah Palsu Jokowi: Ada Foto Pria Berkumis
-
Pakai Analogi 'Rekening Koran', Hasan Nasbi Tantang Balik Penuduh Ijazah Jokowi
-
Kagetnya Roy Suryo Usai Lihat LP di Polda Metro Jaya: Ternyata Jokowi Dalang Pelapor
-
7 Fakta Panas Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi, dari Adu Tuntutan Hingga Narasi Sesat
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Rencana Sawit di Papua Dikritik, Prabowo Dinilai Siapkan Bencana Ekologis Baru
-
Geledah Kantor dan Rumah Dinas Bupati Lampung, KPK Sita Uang Ratusan Juta Rupiah
-
Pemerintah Bangun 2.603 Hunian Tetap Korban Bencana di Sumatra Mulai Bulan Ini
-
Bagaimana Perubahan Iklim Bisa Tingkatkan Ancaman Penyakit Zoonosis?
-
Prabowo Mau Tanam Sawit di Papua, Anggota Komisi IV DPR Ingatkan Pengalaman Pahit di Berbagai Daerah
-
Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
-
DPR Apresiasi Peta Jalan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Negara Diminta Buka Tabir Kebenaran
-
Anggaran Fantastis Belasan Triliun Rupiah Digelontorkan untuk Guru Keagamaan di 2026
-
WALHI Kritik Rencana Prabowo Tanam Sawit dan Tebu di Papua: Tak Punya Hati dan Empati!
-
7 Fakta Ganjil Kebakaran Ruko Terra Drone: Izin Lolos Tanpa Tangga Darurat?