- Walhi Sumatera Utara menyatakan banjir dan longsoran pada Desember 2025 akibat kerusakan ekosistem oleh aktivitas korporasi besar.
- Kerusakan utama teridentifikasi di Ekosistem Batang Toru, di mana sekitar 10.000 hektare hutan hilang dalam satu dekade.
- Tujuh perusahaan di sektor pertambangan, energi, dan perkebunan disinyalir menjadi pemicu deforestasi di wilayah rawan tersebut.
6. PT Sago Nauli Plantation: Pelopor perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Mandailing Natal, Sumatera Utara, sejak 1997, yang mengelola kebun inti dan plasma melalui kemitraan dengan koperasi petani (KUD), didukung pabrik kelapa sawit, dan berkomitmen pada standar ISPO serta pemberdayaan masyarakat lokal, lingkungan, dan ekonomi melalui program CSR dan penyediaan lapangan kerja.
7. PTPN III Batang Toru Estate: Perusahaan perkebunan di bawah PT Perkebunan Nusantara III (Persero), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agribisnis.
“Kawasan yang seharusnya menjadi hutan penyangga dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit, bahkan beberapa di antaranya teridentifikasi belum memiliki izin lengkap,” tambah Rianda.
Dampak dari pembukaan lahan ini mulai dirasakan secara fatal oleh warga. Di Kabupaten Tapanuli Selatan, desa-desa di sekitar Sungai Batang Toru, seperti Desa Garoga, diterjang banjir bandang.
“Ratusan orang terdampak, tertimbun, dan tergerus run-off air banjir bandang serta tanah longsor. Kami menunjukkan data bahwa di titik-titik awal longsoran tersebut terdapat aktivitas pembukaan lahan untuk eksplorasi tambang dan perkebunan sawit,” ungkapnya.
Walhi Sumatera Utara menyayangkan sikap pemerintah yang terus memfasilitasi perizinan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Meski gugatan terhadap AMDAL PLTA Batang Toru pernah dilakukan pada 2018, upaya tersebut kandas di pengadilan.
“Protes terus kami sampaikan, namun pembukaan lahan terus berjalan. Izin-izin penebangan kayu terus diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan, bahkan di wilayah yang secara ekologis sangat rentan. Ini adalah bencana yang diproduksi oleh kebijakan dan pembiayaan yang mengabaikan keselamatan rakyat,” tutup Rianda.
Reporter: Safelia Putri
Baca Juga: Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Jelang Nataru, Kapolda Pastikan Pasukan Pengamanan Siaga Total di Stasiun Gambir
-
Tok! Palu MA Kukuhkan Vonis 14 Tahun Pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat Gagal Total
-
Hunian Sementara untuk Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun, Begini Desainnya
-
Tragedi Tol Krapyak: Kecelakaan Maut Bus PO Cahaya Trans Tewaskan 16 Orang, Disopiri Sopir Cadangan
-
Menko Yusril Jelaskan Alasan Pemerintah Pilih Terbitkan PP Atur Penugasan Polisi di Jabatan Sipil
-
Kena OTT KPK, Kajari HSU Dicopot Jaksa Agung, Satu Anak Buahnya Kini Jadi Buronan
-
Pramono Anung Siapkan Insentif untuk Buruh di Tengah Pembahasan UMP 2026
-
Waka BGN Minta Maaf Usai Dadan Dianggap Tak Berempati: Terima Kasih Rakyat Sudah Mengingatkan
-
Ogah Berlarut-larut, Pramono Anung Targetkan Pembahasan UMP Jakarta 2026 Rampung Hari Ini
-
Blak-blakan Dino Patti Djalal Kritik Menlu Sugiono agar Kemlu Tak Raih Nilai Merah