- Para pemerhati lingkungan menyoroti rencana tata ruang Sumut mengurangi luasan Ekosistem Batang Toru dari 240 ribu menjadi 163 ribu hektar.
- Kawasan Ekosistem Batang Toru berfungsi vital menahan erosi dan mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di Tapanuli Tengah.
- Perlu pengawalan publik dan transparansi agar tata ruang tidak dikalahkan kepentingan investasi ekonomi ekstraktif jangka pendek.
Penguatan Kawasan Ekosistem Batang Toru dalam tata ruang tidak sekadar keputusan teknokratis. Hal itu merupakan komitmen moral dan politik untuk menjamin masa depan wilayah ini tetap aman dari ancaman bencana yang semakin sering dipicu perubahan iklim.
Dengan meningkatnya intensitas curah hujan ekstrem dan berbagai kejadian banjir dan longsor yang telah memakan korban, kami menyerukan agar tata ruang benar-benar menempatkan kawasan rawan bencana sebagai prioritas utama.
Ekosistem Batang Toru—sebagai kawasan strategis dan penyangga alami—harus menjadi landasan setiap kebijakan pemanfaatan ruang. Pengawalan publik dan transparansi proses menjadi kunci agar tata ruang tidak disesatkan oleh kepentingan ekonomi ekstraktif, tetapi diarahkan pada perlindungan keselamatan masyarakat dan kelestarian lingkungan jangka panjang.
Panut Hadisiswoyo
Ketua Forum Kehutanan Daerah (FKD) Sumatera Utara
Berita Terkait
-
Keren! Popok Bekas Pakai Disulap Jadi BBM, Pakai Teknologi Pirolisis yang Revolusioner
-
Buntut Bencana Sumatra, Menhut Raja Juli Bidik 12 Perusahaan di Sumut yang Terindikasi Melanggar
-
Penertiban Tambang Ilegal di Gunung Halimun Salak
-
Akhirnya! Pemerintah Akui Kerusakan Lingkungan Perparah Bencana Banjir Sumatra
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
Terkini
-
Menakar Masa Depan PPP Pasca Dualisme
-
Teori 'Menumpang Hidup' dan Alasan Mengapa Profesi Polisi Tetap 'Seksi'
-
Menolak Pasien Adalah Pelanggaran Kemanusian dan Hak Asasi Pasien
-
Inovasi Urban Farming Keluarga, Agar Peternak Kecil Tidak Tergilas 'Oligarki Ayam'
-
Daya Beli Lesu Hantam Industri Elektronik, Jurus 'Inovasi Hemat Energi' Jadi Andalan
-
Soeharto: Pahlawan dari Luka yang Belum Pulih
-
Menimbang Arah Baru Partai Berbasis Islam, Dari Ideologi ke Pragmatisme Kekuasaan
-
Marsinah: Buruh, Perlawanan, dan Jejak Keadilan yang Tertunda
-
Membangun Proyeksi Demokrasi Indonesia, Mungkinkah?
-
Quo Vadis Komite Otsus Papua?