Tekno / Sains
Jum'at, 27 Maret 2020 | 07:45 WIB
Petugas menyiapkan peralatan medis yang akan digunakan untuk Rumah Sakit Darurat penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Bias ini biasanya paling kuat selama tahap awal wabah, yakni ketika banyak kasus ringan tidak terdeteksi dan jumlah yang dikonfirmasi masih rendah.

Oleh karena itu, beberapa ahli epidemiologi sekarang menduga bahwa angka kematian yang dilaporkan pada tahap awal adalah perkiraan yang sangat berlebihan.

Ada cara mengukur kedua yang bisa kita gunakan di sini, yang lebih sesuai dengan ukuran “seberapa mematikan”. Persentase Fatalitas Infeksi (Infection Fatality Rate, IFR) adalah jumlah kematian dibagi dengan jumlah infeksi sesungguhnya (termasuk kasus yang dikonfirmasi dan tidak terdiagnosis).

Statistik ini lebih sulit untuk dihitung karena memerlukan perkiraan jumlah infeksi yang tidak terdeteksi. Salah satu perkiraan IFR untuk Covid-19 ditempatkan di angka 1%, dan beberapa data baru menunjukkan bahwa angka ini kredibel.

Seiring pengujian lebih luas dan ketat dilakukan, perbedaan antara kedua ukuran (CFR dan IFR) semakin kecil. Ini mungkin sedang terjadi di Korea Selatan, saat pengujian menyeluruh telah mendeteksi banyak infeksi ringan dan membawa perkiraan tingkat kematian turun menjadi 0,65%.

Demikian pula, kejadian yang melanda kapal pesiar Diamond Princess membawa penjelasan baru. Karantina yang ketat yang dilakukan di kapal itu berarti hampir semua kasus Covid-19 di kapal itu (bahkan yang tanpa gejala) diidentifikasi. Ada 7 kematian di antara lebih dari 600 infeksi di kapal itu, sehingga IFR tercatat sekitar 1,2%.

Ini lebih tinggi daripada di Korea Selatan, tapi mungkin wajar, mengingat sepertiga penumpang kapal itu berusia di atas 70 tahun.

Bukan cuma flu

Bagaimana pun, angka kematian 1% sangatlah merisaukan. Proyeksi yang baru dirilis menunjukkan 20 - 60 persen orang Australia dapat tertular SARS-CoV-2, ini bisa berarti 50.000 - 150.000 kematian.

Baca Juga: Cara Kerja Aplikasi Tracetogether dari Kominfo untuk Lawan Covid-19

Data yang dimiliki pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa orang yang berisiko terpapar virus corona berjumlah antara 600.000 sampai 700.000. Tingkat kematian 1 persen di sini berarti 60.000-70.000 korban jiwa.

Sebagai perbandingan, sekitar 35 juta orang Amerika terkena flu tahun lalu, 34.000 di antaranya meninggal: kurang dari 0,1%. Covid-19 jauh lebih mematikan daripada flu musiman, terutama untuk orang yang lebih tua, dan tidak ada vaksin hingga kini.

Karena virus ini lebih menyerang orang lanjut usia, negara-negara dengan populasi yang menua akan lebih parah terkena dampak.

Jika menggunakan data demografi saja, angka kematian yang diproyeksikan di Italia adalah tujuh kali angka di Niger; Australia lebih buruk daripada rata-rata global. Tentu saja, tingkat kematian akhirnya juga akan tergantung pada sistem kesehatan dan respons penanggulangan masing-masing negara.

Kematian yang lebih sering terjadi pada penderita Covid-19 usia lanjut ini harus dipertimbangkan secara eksplisit dalam upaya memerangi wabah. Di Australia, 11 persen dari populasi berusia lebih dari 70 tahun dan diprediksi menyumbang 63 persen kematian.
Mengisolasi sebagian kecil lansia akan mengurangi separuh kematian dan berpotensi lebih praktis dibanding penguncian (lockdown) total seluruh populasi.

Kita perlu segera fokus pada cara terbaik untuk mencapai target ini. Pada saat artikel ini ditulis, Inggris sedang serius membahas strategi ini.

Load More