Suara.com - Investasi di pasar negara berkembang diperkirakan akan merosot tahun ini. Ini dipicu penurunan pengeluaran perusahaan global yang ditetapkan akan berlangsung hingga 2015.
Menurut Standard & Poor's, investasi perusahaan seluruh dunia diperkirakan menyusut 0,5 persen pada tahun ini, setelah jatuh satu persen pada 2013, melambat di sekitar 3,3 triliun dolar Amerika selama tiga tahun berturut-turut.
"Sebuah pemulihan dalam belanja modal (capex) tetap menjadi salah satu tren yang paling tajam diantisipasi dalam ekonomi global," kata Gareth Williams, ekonom sektor korporasi S&P di London.
"Survei kami menunjukkan siklus belanja modal tetap terjebak dalam netral, karena penurun komoditas dan belanja modal di pasar negara berkembang membayangi perubahan moderat di pasar negara maju." Sebut S&P.
Lembaga itu memperkirakan 2.000 perusahaan utama berdasarkan belanja modal globalnya memegang sekitar 4,5 triliun dolar Amerika pada kas dalam neraca keuangan mereka pada akhir tahun lalu.
Penurunan investasi telah menjadi sangat keras di negara-negara berkembang, termasuk di negara-negara BRIC seperti Cina, Brazil, India dan Rusia, di mana pengeluaran perusahaan diperkirakan turun empat persen tahun ini setelah penurunan yang sama pada 2013.
"Ini adalah pembalikan yang signifikan dari tren kenaikan sebelumnya dan telah meninggalkan pertumbuhan belanja modal global lebih bergantung pada pasar negara maju yang sedang tumbuh lambat," kata S&P.
Sektor energi dan komoditas, jenis industri investasi tinggi yang menyumbang sekitar 42 persen dari pengeluaran perusahaan global pada 2013, juga telah mulai mengencangkan dompet.
Perusahaan-perusahaan pertambangan besar seperti BHP Billiton dan Rio Tinto sudah mulai memotong pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang prospek jangka panjang harga komoditas karena pertumbuhan ekonomi di pembeli besar seperti Cina melambat. (Antara)
Berita Terkait
-
Menperin Sebut Investasi Asing Menguat ke Industri Manufaktur
-
Investasi Emas di Pegadaian: Apakah Benar-Benar Aman dan Menguntungkan?
-
Tekad Hilirisasi Prabowo, Perusahaan Cilegon Guyur Investasi Rp5 Triliun untuk Pabrik PET Raksasa!
-
Kenapa Emas Batangan Lebih Mahal dari Emas Perhiasan? Pahami sebelum Mulai Investasi
-
Platform Global Luncurkan 'CeDeFi', Akses Jutaan Token Kripto Tersentralisasi dan Terdesentralisasi
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis
-
CORE: Ekonomi Indonesia 2026 Resilien, Tapi Akselerasi Tertahan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
Menkeu Purbaya Puji Bahlil: Cepat Ambil Keputusan, Saya Ikut
-
Pengusaha Kakao Lokal Minta Insentif ke Pemerintah, Suku Bunga Bisa Tembus 12%
-
7 Kontroversi Bandara Morowali: Diresmikan Jokowi, Punya 'Kedaulatan' Sendiri?
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
-
ESDM: Tahun Depan SPBU Swasta Bisa Impor BBM Sendiri Tanpa Bantuan Pertamina