Suara.com - Keputusan BPH Migas untuk membatasi penjualan BBM subsidi seperti solar dan premium kontraproduktif. Pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, pembatasan penjualan BBM subsidi bukan solusi untuk mengatasi semakin besarnya beban subsidi di Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara 2014.
Kata dia, pembatasan penjualan itu akan menghambat pergerakan aktivitas perekonomian masyarakat. Karena, kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat pasti memerlukan bahan bakar minyak.
Menurut dia, langkah yang paling tepat adalah mempercepat konversi BBM ke bahan bakar gas.
“Infrastruktur untuk peralihan dari BBM ke BBG harus dibangun lebih cepat. Selama masa pemerintahan SBY ini kan hanya gembar-embor saja akan melakukan konversi BBM ke BBG tetapi tidak pernah direalisasikan," kata Kurtubi kepada suara.com melalui sambungan telepon, Jumat (1/8/2014).
Ia menambahkan, sebenarnya harga gas itu lebih murah dan tidak membebani keuangan negara karena tidak disubsidi. Saat ini, jumlah SPBG di Indonesia kurang dari 50, sedangkan di Pakistan dan India jumlahnya lebih dari 2.000 SPBG.
Kurtubi menambahkan, pembatasan penjualan BBM subsidi berpotensi memunculkan kerusuhan sosial. Karena, masyarakat bisa cepat marah apabila tidak bisa membeli BBM untuk melakukan aktivitasnya.
“Pembatasan penjualan BBM subsidi juga bertentangan dengan hukum alam. Seharusnya, kalau terjadi pertumbuhan ekonomi maka volume BBM harus ditambah bukan dikunci mati. Kalau dibatasi atau diberikan kuota itu justru salah, bisa berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi rakyat,” jelasnya.
Mulai pekan depan, Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) juga akan membatasi penjualan solar subsidi. Anggota BPH Migas Ibrahim Hasyim mengatakan, pembatasan penjualan solar subsidi ini diterapkan di daerah-daerah yang rawan terjadi penyimpangan solar subsidi.
29 SPBU di tempat peristirahatan di jalan tol juga tidak boleh lagi menjual BBM subsidi. Mulai hari ini, SPBU di Jakarta Pusat juga tidak menjual solar subsidi. Keputusan ini diambil agar kuoat BBM subsidi sebesar 46 juta kiloliter pada tahun ini cukup.
Berita Terkait
-
Bahlil Tunjuk Tim Baru BPH Migas untuk Pelototi Penyaluran BBM Subsidi
-
Pertamina Patra Niaga Tindaklanjuti Pelanggaran Penyaluran BBM Subsidi di Cianjur
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
ESDM Beberkan Alasan Masyarakat Sekarang Antre di SPBU Swasta
-
Mobil Beli Pertalite Tanpa Barcode, Emang Bisa? Cek Tutorial Dapat Barcode Agustus 2025!
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini