Suara.com - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara siap memberikan berbagai insentif dan kemudahan bagi investor Cina yang akan berinvestasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung. Nilai investasi Cina dipastikan mencapai angka fantastis Rp3 triliun, untuk 3 sektor utama, yaitu sektor infrastruktur, industri maritim dan farmasi.
“Investor Cina bersungguh-sungguh untuk berinvestasi di KEK Bitung. Itu artinya, sudah ada tanda-tanda kehidupan bagi KEK Bitung,” ujar Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang dalam siaran persnya, yang diterima suara.com, Selasa (23/9/2014). Hal itu disampaikannya terkait kedatangan Duta Besar Cina untuk Indonesia Xei Feng yang juga membawa para investor kelas kakap Cina ke KEK Bitung.
Sarundajang mengatakan, Bitung akan menjadi suatu kawasan KEK seperti Batam dan beberapa tempat lainnya di Indonesia. Karena itu, pihaknya secara optimal akan menerbitkan regulasi yang pro investasi.
“Kalau tidak ada investor maka tidak ada gunanya. Karena itu, saya meyakini pemerintahan Presiden Terpilih Joko Widodo akan meneruskan proyek KEK Bitung ini. Karena KEK Bitung ini merupakan wujud kehidupan bangsa bukan hanya kehidupan Sulut,” tandas Sarundajang.
Saat dikonfirmasi, Duta Besar Cina untuk Indonesia Xie Feng mengakui tertarik untuk berinvestasi di KEK Bitung. Meski demikian, dia enggan untuk mengungkapkan nilai investasinya.
“Kami masih akan mendiskusikannya lebih dalam,” ucapnya singkat.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerja Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung Sulawesi Utara Charles Kepel memastikan, kalangan investor Cina siap untuk berinvestasi di KEK Bitung senilai Rp3 triliun. Bahkan kemungkinannya nilai investasi tersebut melebihi angka Rp3 triliun.
Charles merinci, hitungan investasi Rp3 triliun itu meliputi 3 sektor utama. Yaitu sektor infrastruktur pendukung KEK Bitung (senilai Rp2,5 triliun), industri Farmasi (Rp 200 miliar), dan industri maritim (Rp 300 miliar). Bahkan nilai tersebut, kata dia, bisa meningkat tajam karena Cina melihat peluang-peluang dari sektor lain. Diantaranya, sektor energi seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), lalu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sektor agro industri, dan sektor jasa ekspedisi.
Tag
Berita Terkait
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
3 Senjata Cerdas Investasi Rp100 Ribu per Hari untuk Pensiun Mapan Anak Muda
-
KPK Serahkan Rp883 Miliar Hasil Perkara Investasi Fiktif ke PT Taspen
-
KPK Serahkan Rp 883 Miliar Hasil Perkara Investasi Fiktif ke PT Taspen
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025