Suara.com - Harga minyak dunia turun pada Senin (18/5/2015) atau Selasa (19/5/2015) waktu Indonesia, di tengah tanda-tanda bahwa produsen-produsen di Teluk terus berjuang untuk mempertahankan pangsa pasar mereka dengan produksi yang tinggi.
Meskipun gelisah atas dampak potensial regional dari jatuhnya Ramadi, Irak, kepada kelompok pemberontak Negara Islam (IS) dan berlanjutnya pertempuran di Yaman, harga minyak mengakhiri hari ini di bawah penutupan Jumat.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 26 sen menjadi ditutup pada 59,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, patokan Eropa, turun 54 sen menjadi menetap di 66,27 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Ada laporan tentang ekspor Arab Saudi berada di tingkat tertinggi mereka sejak tahun 2005. Ini berfungsi sebagai pengingat bahwa pasar sedang dipasok lebih banyak oleh Arab Saudi dan tampaknya telah menekan harga kembali turun," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
Sementara itu, Kuwait mengatakan pihaknya sedang bekerja untuk meningkatkan produksi dari ladang-ladang minyak alternatif untuk mengkompensasi hilangnya 250.000 barel per hari sejalan dengan Arab Saudi atas ladang-ladang bersama kedua negara.
"Kami memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan produksi pada akhir tahun ke tingkat sebelum kemacetan," Jamal al-Loughani, kepala pemasaran di Kuwait Petroleum Corp, mengatakan kepada wartawan.
Kuwait telah memproduksi sekitar 2,9 juta barel per hari selama beberapa bulan terakhir.
Kartel pengekspor minyak OPEC "tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan perjuangannya untuk mempertahankan pangsa pasar mereka," kata Jasper Lawler, analis pedagang CMC Markets UK.
Sebuah studi tentang pasar yang dirilis oleh Goldman Sachs memangkas target harganya untuk lima tahun ke depan, mengatakan tekanan akan berlanjut baik dari produksi OPEC maupun dari ladang-ladang serpih AS yang akan tetap aktif karena efisiensi keuntungan.
Goldman memprediksi WTI akan diperdagangkan di sekitar 52 dolar AS per barel tahun ini, di atas perkiraan sebelumnya 48 dolar AS, tetapi naik hanya ke sekitar 60 dolar AS dalam tiga tahun, dibandingkan dengan 65 dolar AS yang diperkirakan sebelumnya. Setelah itu harga minyak mentah akan merosot kembali ke 50 dolar AS barel pada akhir dekade ini. (Antara/AFP)
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
Perencanaan dan e-RDKK yang Tepat Jadi Kunci Optimalisasi Penyerapan Pupuk Subsidi di Aceh
-
RI Resmi Punya Pembangkit Listrik Paling Canggih Se-Asia Tenggara
-
Bahlil: Permen Minerba akan Prioritaskan UMKM dan Koperasi Lokal, Bukan dari Jakarta
-
Purbaya Minta Tak Perlu Ada Wamenkeu Baru: Dari Pada Saya Pusing
-
Dirut BSI Tunggu Menkeu Purbaya untuk Jelaskan Penyerapan Dana Titipan Pemerintah
-
Investasi Makin Mudah, BNI Tawarkan ORI028 Lewat wondr by BNI
-
Atasi Konflik Tambang, Menkop Usul IUP Timah Dikelola Koperasi Merah Putih
-
Pembiayaan Iklim Jadi Tantangan, Indonesia Butuh USD 28 Miliar untuk Transisi Hijau
-
Pertamina Pastikan Pertalite Tidak Mengandung Etanol
-
Kandungan Etanol di BBM Pertamina Bikin Heboh, Ternyata Sudah jadi Tren Global