Suara.com - Harga minyak dunia turun pada perdagangan hari ini, Selasa pagi (2/6/2015), karena kurs dolar yang menguat dan pasar menunggu pertemuan kartel minyak OPEC, yang diperkirakan akan mempertahankan pagu produksinya tetap tinggi.
Harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, merosot 10 sen menjadi ditutup pada 60,20 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara berdasarkan patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli, kehilangan 68 sen menjadi menetap di 64,88 dolar AS per barel di perdagangan London.
Para analis mencatat, bahwa penurunan itu kecil dibandingkan dengan pergerakan pada akhir pekan kemarin, saat harga minyak mentah melesat naik lebih dari dua dolar AS, didorong berita pengurangan pengeboran Ameriksa dan serangan terhadap sebuah masjid Syiah di Arab Saudi oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)
"Kami melihat pasar berusaha untuk pulih dari lonjakan harga Jumat lalu, mencoba untuk menilai seberapa banyak dari keuntungan mereka akan terbukti berkelanjutan," kata Tim Evans, analis energi pada Citi Futures.
Harga minyak juga terjepit oleh penguatan besar dalam dolar terhadap euro dan mata uang lainnya. Kurs dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya.
Para analis mengantisipasi hasil "status quo" dari pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat (5/6/2015).
Kartel, yang menghasilkan sekitar 30 persen dari minyak dunia, diperkirakan akan mempertahankan produksinya tak berubah, karena tidak ada tanda-tanda bahwa OPEC akan memangkas kuota produksi mereka pada pertemuannya.
Anggota Teluk dipimpin oleh Arab Saudi diperkirakan akan menolak desakan untuk memangkas produksi mereka, karena mereka berusaha untuk melindungi pangsa pasarnya dari "booming" produksi serpih (shale) di Amerika Serikat.
Menurut laporan bulanan, OPEC mempertahankan kuota produksinya 30 juta barel per hari pada pertemuan November tahun lalu. Produksi kartel pada April meningkat 18.000 barel menjadi rata-rata 30,84 juta barel per hari. (AFP/Xinhua/Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok Energi Aman
-
Melihat Lebih Dekat Pembangunan Jembatan Kaca Terpanjang di Indonesia
-
Upah Magang Nasional Tahap 1 Cair, Airlangga: Alhamdulillah Sudah Dibayar!
-
Prabowo Disebut Lagi Bersih-bersih Konglomerat Hitam Migas, Mau Rebut Kendali Sumber Daya
-
WIKA Bicara Keuntungan Jika BUMN Karya Jadi Merger
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Shell Akan Kembali Garap 5 Blok Migas Indonesia
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis