Suara.com - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani menilai, pemerintah daerah lebih paham dan efektif untuk menjadi stabilitator harga pangan. Pasalnya, pemerintah daerah lebih tahu produktivitas komoditas yang dihasilkan oleh setiap daerahnya.
“Pandangan pemda itu lebih luas dibandingkan dengan pemerintah pusat yang harus memikirkan seluruh komoditas. Kalau pemda yang mengatur, mereka lebih tahu produktivitas apa saja yang paling menonjol, yang kurang menonjol juga apa saja. Kalau yang kurang besar produktivitasnya mereka bisa menangani lebih cepat bagaimana agar produktivitas meningkat,” kata Aviliani saat ditemui Suara.com di kantornya, Kamis (25/6/2015).
Selain itu, Aviliani beranggapan bahwa kenaikan harga barang komoditas dapat memicu kenaikan inflasi sekitar satu persen. Menurutnya, kenaikan inflasi kebanyakan disumbang oleh daerah.
“Kenaikan harga apalagi kebutuhan bahan pokok itu membuat adanya kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi itu karena kondisi di daerah. Misalnya ada wilayah yang produktivitas cabe ini menurun otomatis permintaan akan cabe meningkat akan memicu inflasi. Harga pangan itu kunci inflasi rendah,” katanya.
Menurut dia, bahan makanan dan minuman selain beras menyumbang ke inflasi sebesar 40 persen. Dengan demikian, dari ketiga elemen tersebut saja sudah dapat mendorong inflasi sebesar 60 persen.
"Jadi kalau ditanya kapan inflasi bagus, itu apabila pemerintah bisa mengontrol makanan, minuman, dan beras," ungkapnya.
Dalam mengontrol ketiga elemen tersebut, kata Aviliani, pemerintah perlu memperbaiki sistemnya. Ia mencontohkan ketika dulu para petani dibekali telepon genggam untuk memberitahukan harga bawang dan cabai melalui radio. Dengan cara seperti itu, masyarakat bisa mengetahui harga yang sebenarnya.
"Dulu kita dengar itu di radio kan, kalau sekarang kita enggak tahu harga berapa di toko sebelahnya," katanya.
Oleh sebab itu, jika pemerintah ingin menstabilkan harga pangan harus bersinergi dengan Pemda karena mereka yang lebih memahami kelemahan dan kelebihan daerahnya masing-masing.
“Kalau bekerjasama dengan pemerintah, maka pengendalian harga pangan akan lebih cepat dibandingkan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat yang harus mengendalikan 14 komoditas pangan. Kalau Pemda kan mereka pikirkan apa keunggulan dan kelemahan komoditas di masing-masing daerah,” katanya.
Berita Terkait
-
Harga Pangan Bergerak Turun Hari Ini, Cabai hingga Beras Ikut Melunak
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini : Cabai-Bawang Kompak Turun
-
Jaga Harga Bahan Pokok, BI Terus Tingkatkan Ketahanan Pangan
-
Mendagri Tito Imbau Pemda Kendalikan Harga Komoditas Pangan Penyumbang Utama Inflasi
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas