Suara.com - Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diterbitkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maluku kepada PT. Ski Global Energi (SGE) sebenarnya berada jauh dari kawasan penambangan emas ilegal Gunung Botak, Kabupaten Buru.
"Kalau ada yang mengatakan wilayah kerja PT. SGE ada di lokasi Gunung Botak itu fitnah dan tidak benar, karena yang saya urus itu IHP di Dusun ketel Kayu Putih Rana Ketin yang merupakan lahan milik pribadi," kata Direktur PT. SGE, Ibrahim Wael di Ambon, Kamis (29/10/2015).
Sedangkan lokasi Gunung Botak juga kepunyaan waris dengan raja Ishak M. Fuad Wael dan Abas Wael serta anaknya Ibrahim Wael.
Menurut dia, yang beraktivitas di Gunung Botak hanya Hasan Wael Sekeluarga sampai terlibat penjualan karcis masuk ke lokasi penambangan emas ilegal atas nama keluarga, dan kawasan itu telah ditetapkan secara resmi sebagai lokasi pertambangan rakyat. "Saya tetap taat aturan pemerintah dan saya usahakan jangan mengambil bagian dari waris saya di Gunung Botak," tandas Ibrahim.
Yang bisa berbicara masalah Gunung Botak dan dusun ketel kayu putih Wamsaet serta Anhony hanyalah M. Fuad Wael dan Ibrahim Wael sebagai dua kepala waris, sedangkan Hasan Wael hanya menunggu M. Fuad Wael yang atur dan kalau Hasan Wael anak adat yang tahu adat seharusnya berhati-hati menuding orang lain. "Saya juga yang mengundang investor asal Korea, Mr. Kim untuk bekerjasama dengan PT. SGE," ujarnya.
Tambang rakyat hanya ada di Gunung Botak dan Gogorea sedangkan blok Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Gunung Botak yang termasuk didalamnya dusun Kayu Putih Walilang dengan dusun Kayu Putih Lasatlahin juga milik orang tua Ibrahim Wael yang masuk di dalam wilayah IPR. "Apa salahnya kalau kami juga mengambil bagian dalam waris itu jadi Hasan Wael harus tahu jangan sampai kasus-kasus proyeknya di Dinas PU Kabupaten Buru kami bawa ke jalur hukum," kata Ibrahim.
Apalagi yang bersangkutan juga selama ini diduga telah melakukan pemungutan liar bagi penambang yang memasuki kawasan Gunung Botak, dimana yang bersangutan bersama keuarga membuka pos penjualan karcis ilegal yang dibangun dengan konstruksi kayu ukuran 6 x 7 meter berbentuk panggung dan beratap seng terletak di dearah bawah Wamsaid menuju Anhony. (ANTARA)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pengamat Bicara Nasib ASN Jika Kementerian BUMN Dibubarkan
-
Tak Hanya Sumber Listrik Hijau, Energi Panas Bumi Juga Bisa untuk Ketahanan Pangan
-
Jadi Harta Karun Energi RI, FUTR Kebut Proyek Panas Bumi di Baturaden
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Cara Over Kredit Cicilan Rumah Bank BTN, Apa Saja Ketentuannya?
-
Kolaborasi dengan Pertamina, Pengamat: Solusi Negara Kendalikan Kuota BBM
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Daftar Nama Menteri BUMN dari Masa ke Masa: Erick Thohir Geser Jadi Menpora
-
Stok BBM di SPBU Swasta Langka, Pakar: Jangan Tambah Kuota Impor, Rupiah Bisa Tertekan