Suara.com - Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat Ruslan Turmuzi mengaku tidak sependapat jika ada wacana dari pemerintah provinsi menjual 24 persen saham milik daerah ke Arifin Panigoro.
"Kalau ingin kerja sama silahkan saja, karena itu hak pemerintah daerah. Tetapi tentunya melalui pembicaraan dan komunikasi," kata dia di Mataram, Kamis (26/11/2015).
Menurutnya, dengan adanya kepemilikan daerah dalam saham PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT), maka posisi NTB menjadi lebih kuat.
"Jangan dilihat nilai profitnya. Tetapi rasa memiliki dan kebanggaan daerah itu yang utama. Dan jika berbicara politik, maka bergaining NTB semakin kuat," jelasnya.
Terpenting saat ini, kata Ruslan, adalah hak-hak pemerintah daerah bisa terjamin.
"Kalaupun sampai sekarang PT Multicapital belum juga menyerahan dividen kepada daerah, hanya soal waktu saja," ujarnya.
Lebih lanjut, Ruslan menuturkan, jika dalam kajian pemerintah daerah saham 24 persen sepantasnya untuk dilepas, maka hal itu harus segera di komunikasikan bersama DPRD.
Sebab, sejak awal sebelum pemerintah mendapatkan kepemilikan saham PT NNT sebesar 24 persen, harus melalui sidang arbitrase internasional.
"Karena ini hak pemda, jadi tida boleh di jual," tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin mempersilahkan pengusaha nasional Arifin Panigoro untuk bisa memiliki 24 persen saham milik pemerintah daerah, sepanjang itu menguntungkan.
"Bagi kami saat ini, PT Multicapital yang terbaik. Tetapi, jika ada yang terbaik dari itu, kenapa tidak kita melepas," kata Muhammad Amin.
Ia menjelaskan, saat proses divestasi 24 persen saham PT NNT, pemerintah provinsi bersama Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menggandeng PT Multicapital (Bakrie Group) untuk bisa mengakuisisi saham tersebut.
Namun, setelah akuisisi terjadi, sesuai isi perjanjian kerjasama pemerintah daerah dengan PT Multicapital, provinsi dan dua kabupaten lain melalui PT Multi Daerah Bersaing (PT MDB) memperoleh dividen setiap tahunnya. Tetapi, setelah menunggu selama empat tahun, dividen yang diharapkan tidak kunjung diperoleh.
"Bagi kami sebetulnya siapa yang bisa memberikan keuntungan bagi daerah. Kalau memang Arifin Panigoro ingin membeli, kita bisa saja mempersilahkan. Tetapi, semua itu kembali lagi pada mekanisme yang ada," jelasnya. (Antara)
Berita Terkait
-
Jaring Investor AS, MedcoEnergi (MEDC) Resmi Diperdagangkan di OTCQX
-
MedcoEnergi Mulai Operasikan Pembakit Listrik di Batam Berkapasitas 39 MW
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya
-
Penyebab Laba Bersih MedcoEnergi Turun 69 persen di Kuartal III-2025
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas