Suara.com - Harga minyak merayap lebih tinggi di Asia pada Rabu (9/12/2015), namun masih berada dekat posisi terendah multi-tahun karena para analis memperingatkan pelemahan akan berlanjut hingga tahun depan.
Keuntungan datang menjelang laporan tentang persediaan minyak mentah AS hari ini, dengan ekspektasi penambahan lebih lanjut di pasar yang sudah jenuh.
Sebuah keputusan oleh kelompok produsen minyak OPEC selama pertemuan mereka minggu lalu tidak memangkas tingkat produksi telah meninggalkan komoditas berkubang, karena kelompok menunda setiap tindakan untuk pertemuan berikutnya pada Juni tahun depan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari diperdagangkan 64 sen lebih tinggi pada 38,15 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent untuk Januari naik 48 sen menjadi 40,74 dolar AS sekitar pukul 06.30 GMT, karena para dealer memburu harga murah setelah jatuh ke terendah dalam hampir tujuh tahun minggu ini.
Pada Selasa, Brent sempat turun di bawah 40 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Februari 2009.
"Kami percaya bahwa kelebihan pasokan minyak mentah saat ini di pasar global akan bertahan selama bertahun-tahun mendatang, memperkuat prospek datar kami untuk harga minyak selama 2015-2017," BMI Research mengatakan dalam sebuah komentar pasar.
"Pandangan ini diperkuat oleh kesimpulan dari pertemuan OPEC 4 Desember, di mana kartel memilih untuk melanjutkan kebijakan non-intervensi di pasar, menunda keputusan besar sampai pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada Juni 2016." Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang saat ini memproduksi sekitar 32 juta barel per hari, di atas target kelompok sebelumnya 30 juta barel.
OPEC tidak menetapkan batas produksi baru pada pertemuan Jumat lalu di Wina.
Dealer juga memiliki mengamati pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan, dengan harapan akan menaikkan suku bunga AS.
Kenaikan suku bunga biasanya akan mendukung dolar, membuat minyak -- yang dihargakan dalam greenback -- lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan. (Antara)
Berita Terkait
-
Harga Minyak Menguat Lagi: AS Bersiap Tambah Pencegatan Kapal Tanker Venezuela
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Harga Minyak Melemah: Dibayangi Ketidakpastian Damai Rusia-Ukraina dan Keputusan The Fed
-
Pasokan Rusia dan Venezuela Terancam, Harga Minyak Dunia Melonjak
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam
-
Sempat Rusak Karena Banjir, Jasa Marga Jamin Tol Trans Sumatera Tetap Beroperasi
-
Banyak Materai Palsu di E-Commerce, Pos Indonesia Lakukah Hal Ini
-
Mendag Dorong Pembentukan Indonesia Belarus Business Council
-
Tekanan Jual Dorong IHSG Merosot ke Level 8.649 Hari Ini
-
Bank Mega Syariah Luncurkan Program untuk Tingkatkan Frekuensi Transaksi
-
Pertemuan Tertutup, Prabowo dan Dasco Susun Strategi Amankan Ekonomi 2025 dan Pulihkan Sumatera