Suara.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan industri manufaktur menghadapi banyak tantangan selama triwulan I 2016, terlihat dari Indeks Pertumbuhan Manufaktur yang tertekan karena turunnya persepsi perusahaan terhadap volume pesanan dan jumlah tenaga kerja.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistyowati di Jakarta, Senin (11/4/2016), mengatakan berdasarkan Indeks Pertumbuhan Manufaktur (Prompt Manufacturing Index/PMI), terjadi kontraksi, yang disebabkan dua faktor utama yakni kontraksi volume total pesanan dan jumlah tenaga kerja.
Kontraksi pada permintaan dan jumlah tenaga kerja itu membuat PMI turun menjadi 46,69 persen dari triwulan IV 2015 sebesar 48,23 persen. Indeks PMI di bawah 50 persen menunjukkan adanya kontraksi, sedangkan jika di atas 50, memperlihatkan ekspansi.
Penurunan PMI juga diperkuat dengan kontraksi kegiatan usaha industri yang terlihat dari penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) PMI menjadi minus 0,77 persen dari triwulan IV 2015 sebesar minus 0,34 persen.
Metode SBT itu menggambarkan persepsi keseluruhan pelaku usaha yang juga memperhitungkan bobot kegiatan usaha dalam manufaktur. BI melakukan survei PMI yang juga bagian dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 2016, dengan melibatkan 2.964 perusahaan.
"Untuk triwulan I, industri ini memang masih belum ekspansi. Bisa juga dilihat dari laju impor yang baru naik di akhir triwulan I," ujar Hendy.
Laju impor untuk industri yang naik di Maret 2016, ujar Hendy, menjelaskan bahwa industri manufaktur baru bersiap untuk ekspansi pada triwulan II 2016.
Dari survei BI tersebut, para perusahaan pelaku industri mulai optimistis pada prospek triwulan II. PMI untuk triwulan II sebesar 51,37 persen.
"Ekspansi industri manufaktur didorong dengan indeks produksi yang baik menjadi 60,55 persen dan persediaan barang yang naik menjadi 50,52 persen," tutur Hendy.
Selain volume pesanan, dan tenaga kerja, PMI juga mencakup perhitungan dari aspek volume produksi, waktu pengiriman dari pemasok dan inventori.
Selain produksi dan persediaan barang, grafik BI juga memperlihatkan ekspetasi perusahaan akan terdapat penambahan jumlah tenaga kerja dan pesanan barang input. (Antara)
Berita Terkait
-
Blueprint Keberlanjutan Ride-Hailing Indonesia: Motor Penggerak UMKM dan PDB Nasional
-
Jaga Harga Bahan Pokok, BI Terus Tingkatkan Ketahanan Pangan
-
Bank Indonesia Salurkan Likuiditas Rp393 Triliun, Bank Asing Juga Kecipratan
-
Menkeu Purbaya Mau Tindak Pakaian Bekas Impor Ilegal, Saleh Husin: Ayo Gas Terus!
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya