Chief Market Analyst Forextime Jameel Ahmad menyatakan bahwa sentimen terhadap ekonomi Indonesia menunjukkan dorongan awal setelah berita bahwa Indonesia telah melampaui Malaysia dan Thailand menjadi emerging market atau pasar negara berkembang terbesar di Asia Tenggara. Ini masih ditambah faktor laporan neraca perdagangan bulan Juni menunjukkan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan.
"Sementara data impor/ekspor menunjukkan penurunan lagi di bulan Juni, angka impor jatuh sedikit di atas 7 persen jika dibandingkan dengan perkiraan 10 persen dan ekspor turun hanya 4 persen jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya di angaka 12 persen," kata Jameel dalam keterangan tertulis, Rabu (20/7/2016).
Pengurangan laju turunnya ekspor seharusnya dapat membatasi kekhawatiran akan rentannya Indonesia terhadap resiko-resiko pertumbuhan yang sifatnya eksternal, sementara BI jelas-jelas sedang berusaha untuk memperbaiki pengeluaran dan pinjaman konsumen melalui suku bunga bank yang lebih rendah. Diharapkan bahwa pergerakan yang bertahap tapi teratur yang diambil oleh BI sepanjang 2016 ini dapat memberikan dampak pada perekonomian lokal selama paruh kedua tahun ini.
Secara keseluruhan, telah terjadi perbaikan sentiment ekonomi terhadap Indonesia beberapa minggu ini yang dapat menambahkan berita bahwa para emerging market baru saja mencetak rekor pendapatan mingguan terkuatnya dalam empat bulan.
Para investor membingkai harapan mereka lebih tinggi bahwa bank-bank sentral akan membatasi kemungkinan kejatuhan ekonomi akibat voting Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, baik melaui pelonggaran moneter atau dengan mempertahankan akomodatif kebijakan untuk menghadapi resiko-resiko yang tidak diperkirakan. Pasar ekuiti umumnya bereaksi positif saat bank-bank sentral mengeluarkan pernyataan untuk mempertahankan akomodatif kebijakan moneter namun alasan utama lainnya mengapa para emerging market menghasilkan untung dari kejadian ini adalah karena harapan-harapan agar terjadinya kenaikan suku bunga AS sudah surut.
"Jika Federal Reserve menjaga suku bunga AS tetap rendah lebih lama, capital outflow tidak akan lagi menjadi ancaman berat dan hal ini dapat mendukung keseluruhan perbaikan sentiment terhadap emerging market," tambah Jameel.
Berita terakhir minggu lalu bahwa GDP Cina gagal menunjukkan tanda-tanda akan adanya pertumbuhan ekonomi yang melambat, yang dapat membawa kepada momentum yang lebih jauh lagi jika mengaitkan dengan naiknya risk appetite terhadap emerging market selama medium term.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
Terkini
-
Bukan Bitcoin! Koin Kripto Ini Diprediksi Bakal Meroket Tahun 2026
-
IHSG Bangkit Setelah Libur Panjang, Kembali ke Level 8.600
-
Pemerintah Mulai Tentukan Lokasi Hunian Tetap untuk Korban Banjir Sumatera
-
Isu BEEF Dicaplok Raksasa Korea Selatan, Efek Program MBG?
-
Ketika Uang Tunai Tak Lagi 'Sakti' di Negeri Sendiri? Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Profil Samuel Ardi Kristanto, Pengusaha Usir Nenek Elina yang Kini Ditangkap Polisi
-
PU Percepat Penanganan Banjir Aceh Tamiang, 36 Alat Berat Dikerahkan
-
Purbaya Tambah Anggaran Rp 7,66 Triliun untuk THR dan Gaji ke-13 Guru ASN Daerah
-
Kilas Balik Pasar Kripto Sepanjang Tahun 2025
-
Setelah Libur Panjang, Rupiah Ditutup Lesu di Level Rp 16.788