PT Bank OCBC NISP Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih konservatif bertengger di satu digit, meskipun likuiditas diyakini membaik karena adanya repatriasi amnesti pajak.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja di Jakarta, Senin (26/9/2016, mengatakan dampak dari amnesti pajak baru akan terasa di jangka menengah dan panjang, tidak akan berdampak signifikan di sisa tiga bulan jelang tutup tahun.
"Kami lihat (amnesti pajak) ini lebih ke jangka menengah, apalagi kondisi domestik masih terdampak perlambatan ekonomi global," ujarnya.
Parwati mengatakan penyaluran kredit perusahaan akan meningkat jika kondisi ekonomi global menunjukkan perbaikan.
"Kita masih lihat kredit di bawah 10 persen ya (hingga akhir tahun), karena kita lihat faktor global seperti harga minyak, komoditas, dan kondisi china sendiri yang berdampak pada Indonesia masih belum positif," ujarnya.
OCBC baru saja ditunjuk pemerintah sebagai bank "gateway" amnesti pajak, bersama dua bank lainnya pada 15 September 2016 lalu.
Sebagai bank yang berkantor pusat di Singapura, --negara yang diyakini terbesar pembalik dana milik WNI--, OCBC mengklaim akan mengoptimalkan jaringannya untuk menarik dana amnesti pajak, di samping jaringan di 16 negara lainnya.
Lebih lanjut, Parwati meyakini kebijakan amnesti pajak juga akan menopang perekonomian, karena akan meningkatkan daya beli dan konsumsi swasta.
Dengan itu, permintaan kredit ke perbankan juga akan meningkat, meskipun transmisi tersebut tidak akan terjadi dalam jangka pendek.
Meskipun kredit diperkirakan seret, namun Parwati optimistis, amnesti pajak bisa membantu kecukupan Dana Pihak Ketiga (DPK) OCBC. Dia meyakini, deposito akan tumbuh 10-15 persen pada tahun ini.
Hingga akhir Agustus 2016, pertumbuhan kredit OCBC bertumbuh secara tahunan 11 persen (year on year/yoy) dan deposito tumbuh sebesar 10 persen (yoy). Sedangkan rasio pinjaman ke simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) per Agustus sebesar 89 persen.
"Tahun depan bisa lebih baik lagi. Bukan hanya penerimaan pajak yang lebih tinggi, tapi lebih bisa diterjemahkan pada perputaran dunia usaha yang lebih positif. Pertumbuhan kredit tahun depan kita perkirakan konservatif dulu di level 15 persen. Deposito akan seiring," kata Parwati. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
Terkini
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Purbaya Bicara Nasib Insentif Mobil Listrik Tahun Depan, Akui Penjualan Menurun di 2025