Presiden Joko Widodo meminta agar proyek pembangunan infrastruktur listrik di Provinsi Papua untuk dipercepat. Tentunya bukan tanpa sebab Presiden menginginkan demikian. Sampai dengan saat ini, rasio elektrifikasi di Papua baru mencapai angka 47 persen, artinya masih terdapat 53 persen penduduk Papua belum menikmati listrik. Hal ini ditegaskan Presiden saat meresmikan sejumlah proyek infrastruktur kelistrikan di Papua dan Papua Barat pada Senin (17/10/2016).
Sebelum menyampaikan sambutan, Presiden sempat berbicara dengan Direktur Utama PLN Sofyan Basir yang berjanji bahwa semua kecamatan di Papua dan Papua Barat akan terang benderang pada tahun 2020. "Saya sampaikan, saya tidak mau selesainya di 2020. Saya minta di 2019. Masa lama sekali? Disampaikan ke saya, Pak medannya di Papua ini berat. Ya saya tahu, saya kan sudah ke Wamena, Nduga, juga besok saya ke Yahukimo," ujar Presiden.
Diakui Presiden bahwa membangun infrastruktur di Tanah Papua berbeda dengan membangun di wilayah lain di Indonesia dimana di Papua dan Papua Barat memiliki medan yang sangat sulit. “Inilah tantangan program proyek yang ada di Papua dan Papua Barat, medannya berat. Saya tahu tapi jangan diundur-undur. Saya minta semuanya dimajukan,” kata Presiden.
Untuk diketahui, dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo meresmikan sekaligus enam proyek pembangunan pembangkit listrik di Papua. Keenamnya ialah Pembangkit Listrik Tenaga Air Orya Genyem 2 x 10 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Prafi 2 x 1,25 MW, Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kilo Volt Genyem-Waena-Jayapura sepanjang 174,6 kilometer sirkit, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilo Volt Holtekamp-Jayapura sepanjang 43,4 kilometer sirkit, Gardu Induk Waena-Sentani 20 Mega Volt Ampere, dan Gardu Induk Jayapura 20 Mega Volt Ampere.
Satu Harga BBM
Dalam sambutannya, Presiden juga menjelaskan bahwa kehadirannya di Papua untuk meresmikan harga bahan bakar minyak (BBM) satu harga. Hal ini perlu dilakukan oleh Presiden mengingat selama ini terjadi ketidakadilan harga. “Di Jawa hanya Rp. 7.000 per liter, di sini ada yang sampai Rp. 100.000 per liter. Di Wamena Rp. 60.000 hingga Rp. 70.000 per liter. Saya tidak bisa seperti itu. Kalau di (wilayah) barat dan tengah (Rp. 7.000), ya di sini harusnya sama harganya,” ujar Presiden.
Upaya untuk menyamakan harga BBM di Papua dan Papua Barat dengan wilayah lainnya di Indonesia tidaklah mudah. “Dirut Pertamina menyampaikan ke saya kalau harga Rp. 7.000 per liter maka ruginya banyak,” kata Presiden.
Presiden meminta kepada Dirut Pertamina untuk mencari solusi agar segera diwujudkan harga yang sama untuk BBM di seluruh wilayah tanah air. Presiden menggambarkan bahwa masalah satu harga, bukanlah masalah untung rugi, tapi dengan adamya kesamaan harga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Harganya harus sama dan diharapkan akan ada pergerakan ekonomi di sini (Papua). (Pasokan) listrik berlebih, harga BBM sama maka akan terjadi pergerakan ekonomi,” kata Presiden.
Pembangunan di Indonesia Harus Merata
Ditemui usai peresmian, Presiden Joko Widodo menerangkan bahwa walau di daerah tersebut medannya berat, namun menurut pemantauannya pembangunan proyek tersebut masih dapat dikatakan lancar sehingga diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2019 nanti.
"Kita harapkan tadi, seperti yang saya sampaikan, 2019 akan tambah kurang lebih 240 Mega Watt sehingga nantinya elektrifikasi di atas 90%, artinya semua kecamatan sudah teraliri oleh listrik," imbuhnya.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo juga menyatakan bahwa pembangunan tidak hanya dilakukan di wilayah Papua, tapi juga di seluruh wilayah tanah air. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak dan untuk menggerakkan roda perekonomian wilayah setempat.
"Saya kira tidak hanya Papua di wilayah Timur (Indonesia), kita ingin memberikan perhatian wilayah Timur, Tengah, dan Barat, pada posisi kira-kira sama baik di infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan nanti di sisi pertumbuhan industri. Saya kira arahnya ke sana," terang Presiden Joko Widodo.
Turut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri BUMN Rini Soemarno, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Gubernur Papua Lukas Enembe dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
Terkini
-
BPJS Ketenagakerjaan Peroleh Anugerah 5 Stars Gold dalam GRC & Leadership Award 2025
-
Batal Jadi Komisaris Bank BJB, Helmy Yahya: Ada Dirjen Kementerian Mengadu ke OJK Tentang Saya!
-
Historis Harga Bitcoin Naik 96 Persen Pasca Pembatalan Shutdown Pemerintah AS
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Makin Dekat dengan Rakyat, BRImo Digunakan 44,4 Juta User dengan Transaksi Rp25 Triliun per Hari
-
Investasi Rp6,4 Triliun di GOTO Diselidiki Kejagung, Intip Perkembangan Terbarunya
-
5 Cara Menagih Utang yang Susah Bayar Tanpa Bikin Hubungan Retak
-
Sumbang PDB Nasional, Sektor Pertambangan Jadi Penggerak Ekonomi Lokal di Berbagai Daerah
-
Bank BRI, BNI, Mandiri Kompak Gelar RUPSLB, Apa yang Dibahas?
-
Wamenprin Sebut Investor Siap Merelokasi Pabrik Bajanya ke RI, Pengusaha Menjerit: Jangan Pro Asing!