Pemerintah menyatakan siap untuk meningkatkan kualitas pendidikan para tenaga kerja Indonesia, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Pemerintah akan meningkatkan kualitas pendidikan pekerja Indonesia," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/1/2016).
Menurut dia, peningkatan kualitas pendidikan tenaga kerja di Indonesia berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Karena itu, pemerintah menyatakan siap meningkatkan kualitas pendidikan pekerja Indonesia.
Ia mengatakan, saat ini, pasar tenaga kerja cenderung lebih banyak menyerap pekerja yang berpendidikan rendah, dibanding pekerja yang berpendidikan lebih tinggi.
Implikasinya, kata dia, tergambar pada kurang membaiknya tingkat kesejahteraan rakyat. Hal itu terlihat dari data BPS yang mencatat, pekerja berpendidikan tidak/belum tamat yang terserap pasar sebanyak 97,20 persen laki-laki dan 98,10 persen perempuan.
Pekerja berpendidikan SD yang terserap adalah 96,75 persen laki-laki dan 97,19 persen perempuan.
Sementara itu, pekerja berpendidikan SMP yang terserap sebanyak 93,95 persen laki-laki dan 93,43 persen perempuan. Pekerja berpendidikan SMA sebanyak 89,86 persen laki-laki dan 86,69 persen perempuan yang terserap pasar.
Pekerja berpendidikan Diploma I-III yang terserap 92,82 persen laki-laki dan 92,13 persen perempuan. Dan akhirnya, pekerja berpendidikan D-IV/Universitas yang terserap pasar sebanyak 94,16 persen laki-laki dan 92,91 persen perempuan.
Lebih jauh, katanya, tenaga kerja laki-laki yang tidak atau belum pernah sekolah, lebih banyak terserap di pasar tenaga kerja. Yaitu, sebanyak 98,33 persen pekerja laki-laki yang tidak/belum pernah sekolah, telah terserap oleh pasar. Dan hanya 1,67 persen yang tidak bekerja atau pengangguran. Di sisi lain, tenaga kerja perempuan yang tidak/belum pernah sekolah yang terserap pasar sebanyak 99,07 persen, dan hanya 0,93 persen lainnya menganggur.
Lebih jauh, kata dia, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau SMA ke atas, persentase pekerja perempuan lebih rendah dibanding pekerja laki-laki. Contohnya, dari angkatan kerja laki-laki yang telah menamatkan Diploma IV (D-IV) atau Universitas, sebanyak 94,16 persen bekerja, sementara dari angkatan kerja perempuan yang telah menamatkan pendidikan D-IV/Universitas dan berstatus sebagai pekerja sebesar 92,91 persen.
"Data-data ini mengindikasikan ketidakselarasan profil lulusan perguruan tinggi di Indonesia dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pasar tenaga kerja," papar Kecuk, panggilan akrab Suhariyanto.
Ia menjelaskan, pendidikan yang rendah turut berkontribusi menyebabkan diskriminasi dalam pekerjaan. Sebab rendahnya pendidikan dan keterampilan, menjadikan perempuan mengalami kesulitan mencari pekerjaan untuk menghidupi diri dan keluarganya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025