Suara.com - Ekonom Institut Teknologi Bandung (ITB) Anggoro Budi Nugroho merekomendasikan cara terbaik meredam lonjakan harga cabai adalah solusi temporer saja. Tidak perlu struktural seperti perombakan tata niaga.
Pemerintah bisa melakukan intervensi pasokan cabai untuk melindungi masyarakat konsumen dari kenaikan harga. Kementerian Perdagangan, kata dia, juga harus menjamin praktik perdagangan yang sehat.
"Harus pastikan tidak ada kartel yang mainkan. Kalau ada, polisi yang turun tangan," kata pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB ini dalam keterangan tertulisnya yang diterima suara.com, Rabu (11/1/2017).
Dia menjelaskan pemicu melejitnya harga cabai terkait penawaran dan permintaan (supply-demand). Lonjakan bisa karena kelangkaan pasokan, bisa meningkatnya permintaan.
Dalam kasus kali ini lebih pada aspek di kelangkaan pasokan. "Goncangannya di suplai. Sudah ketahuan ada shock karena musim," jelas Anggoro.
Ada beberapa penyebab kelangkaan pasokan yakni hama, gagal panen misal karena El Nino/La Nina, mundurnya daur panen. Selain itu ketidaklancaran distribusi, bisa di tingkat petani, pengecer atau pedagang pengumpul besar.
Anggoro menambahkan biasanya kenaikan harga cabai seiring daur laju inflasi periodik, bisa di hari raya maupun November-Desember. Sebab cabai masih menyumbang Indeks Harga Perdagangan Besar (IPHB).
Adapun marjin industri cabai masih tergolong besar, diatas 25 persen. Ini lebih tinggi dari beras walau masih di bawah jagung pipilan.
"Jika marjin industri (MPP) cabai masih besar, tetapi harganya melambung naik, maka patut diduga penyebabnya meningkatnya permintaan sebagaimana siklus akhir tahun," jelasnya.
Anggoro menjelaskan, ada 9 fungsi kelembagaan perdagangan cabai merah di Indonesia. Yang terpanjang di Jawa Tengah, yang terpendek di Sulawesi Utara.
“Tidak heran kelangkaan pasokan akan paling sensitif terhadap harga di Pulau Jawa,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas