Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun meminta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati (SMI) membuat terobosan untuk mendongkrak penerimaan pajak. Misbakhun menyarankan SMI turun langsung memimpin program pengampunan pajak (tax amnesty) yang tersisa kurang dari tiga bulan lagi.
Menurut Misbakhun, berkaca pada 2016, ada kekhawatiran tentang penerimaan pajak 2017 yang tak mencapai target.
“Tax amnesty sisa tiga bulan. Kita ingin Ibu Menteri memimpin sendiri bagaimana hasil tax amnesty ini punya dampak langsung terhadap penerimaan di 2017,” ujar Misbakhun dalam rapat kerja Komisi XI dengan Menkeu Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Politikus Golkar itu menegaskan, harus ada strategi khusus untuk mendongkrak dan mengelola penerimaan negara dari pajak. Termasuk strategi pengelolaan dana Rp4.200 triliun dari deklarasi tax amnesty.
“Berapa yang berdampak langsung terhadap tax base. Strategi inilah yang harus dirumuskan bersama agar berdampak langsung pada penerimaan kita,” tegasnya.
Meski demikian Misbakhun juga mengatakan, kerja keras Kementerian Keuangan untuk mengejar target penerimaan dalam APBN Perubahan 2016 memang patut diapresiasi. Sebab, SMI dan jajarannya bisa menjaga APBN Perubahan berjalan dalam asumsi makro yang telah disepakati hingga berdampak pada perekonomian nasional.
Misbakhun menambahkan, meski SMI menjadi menteri saat APBNP 2016 sudah berjalan dan rancangan undang-undang (RUU) tax amnesty tuntas dibahas, namun hasil kinerja mantan bos Bank Dunia itu terlihat baik. “Dengan resultan seperti ini, anda bisa melakukannya,” tegasnya.
Namun, kata Misbakhun, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang penghematan anggaran kementerian/lembaga sebesar Rp 64,7 triliun yang diterbitkan di awal-awal SMI menjadi Menteri Keuangan ternyata kurang berdampak signifikan. Karenanya Misbakhun menegaskan, hal yang perlu diperkuat adalah realisasi penerimaan.
Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu mengaku khawatir akan ada stagnasi dalam penerimaan. Sebab, kondisinya memang sangat berat. “Perdagangan internasional sangat berat, ekspor impor volumenya negatif, sehingga penerimaan dari kepabeanan juga turun,” tuturnya.
Baca Juga: Pemerintah Didorong Segera Bentuk Badan Penerimaan Pajak
Penerimaan pajak dari sektor pertambangan, industri dan perumahan juga turun. “Maka di 2017, harus serius memikirkan kesinambungan dan kelanjutan bagaimana mengelola penerimaan ini,” katanya. *
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
Terkini
-
Bank Mandiri Oversubscribed 3,10 Kali Setara Rp15,5 Triliun
-
Prakiraan UMP Jakarta 2026, Ada Kenaikan Cukup Besar
-
Libur Nataru Aman dan Nyaman, BRI Hadirkan Layanan 24 Jam
-
Rupiah Masuk Zona Hijau, Dolar AS Kepanasan ke Level Rp16.772
-
Harga Emas di Pegadaian Naik Berturut-turut Jelang Natal dan Tahun Baru
-
Relawan Mandiri dan BUMN Peduli Bantu Tanggap Bencana Sumatra, Bukti Solidaritas Tanpa Batas
-
Bisnis Mixue Hadir di Amerika Serikat, Netizen: McDonald's Ketar-ketir?
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Ini Strategi Ketergantungan Impor Komponen Kapal Sebesar 80 Persen
-
Iri dengan China? Trump 'Kebelet' Minta Harta Karun Mineral RI