Percepatan pembangunan terus dilakukan oleh pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Salah satu strategi utama dari Presiden Jokowi adalah mempercepat proyek pembangunan infrastruktur.
"Butuh dana hingga Rp5000 triliun untuk membangun infrastruktur secara massif di seluruh Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, di Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Sumber pendanaan untuk pembangunan proyek infrastruktur digunakan sebagaian kecil dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selebihnya, mengandalkan partisipasi investor lokal maupun dari luar negeri.
"Tapi keadaan Ekonomi global yang masih mengalami krisis dan tidak menguntungkan bagi pemerintahan Joko Widodo dalam merealisasikan pembangunan proyek infrastruktur dan akhirnya masih hanya dalam taraf ground breaking saja," ujar Arief.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN tersebut menuturkan banyak proyek infrastruktur era Jokowi yang mangkrak dan berusaha mencari pendanaanya.
Disisi lain, nasib sektor indutri manufakturing yang dalam dua tahun terakhir juga memperihatikankan banyak tutup alias bangkrut ,yang berimbas pada PHK dimana mana terhadap Buruh .
Bangkrutnya Industri manufaktur tidal lepas dari kebijakan Presiden Jokowi yang menaikan tarif dasar listrik (TDL) dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Ini ditambah dengan kegagalan pemerintah dalam melindungi industri national terhadap serangan produk produk impor dari Cina. Contoh saja industri besi dan baja yang sudah banyak tutup akibat serbuan impor besi dari Cina.
Sementara investasi yang dijanjikan dari RRC pun mengharuskan Indonesia mengizinkan pengunaan tenaga kerja dari Cina tanpa ada batasan jumlahnya dan job description yang diperbolehkan.
Baca Juga: Menuju Jabar 1, Gerindra Usulkan Deddy Mizwar - Mulyadi
"Hari Buruh selalu menjadi sebuah hari untuk meneriakkan tuntutan kenaikan upah buruh dan penghapusan sistim kerja outsourcing yang banyak merugikan tingkat kesejahteraan buruh. Tapi sebaiknya mulai hari ini harus kita teriakkan selamatkan industri nasional dari kebangkrutan,tolak Tenaga kerja Asing (TKA) sebagai kompensasi investasi dari Cina di Indonesia," tutur Arief.
Begitu juga buruh tani dan nelayan yang kehidupannya makin jauh dari kesejahteraannya akibat kegagalan Jokowi dalam menciptakan swasembada pangan. Ini diakibatkan oleh serbuan impor pangan yang jumlahnya hampir ratusan triliun Rupiah. "Sehingga meyebabkan buruh tani dan nelayan Indonesia tidak menikmati pendapatan yang sejahtera," tutupnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok