Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, membantah pernyataan Ekonom Faisal Basri yang mengatakan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini amburadul. Menurutnya, tata kelola BUMN yang amburadul mungkin terjadi di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Karena menurut saya justru saat ini pemerintahan Joko Widodo yang ditinggal masalah carut marut pengelolaan BUMN diera SBY sedang melakukan penataan ulang BUMN. Salah satunya dengan strategi holdingisasi BUMN," kata Arief di Jakarta, Jumat (9/6/2017).
Tujuan pemberlakuan kebijakan holding BUMN agar tidak semakin amburadul dan bisa diketahui dengan tepat sebenarnya berapa total aset yang dimiliki oleh BUMN dan hutang BUMN kepada pihak pihak luar.
"Sementara terkait kartu e-tol yang di kelola oleh Bank BUMN untuk digunakan di ruas ruas jalan tol yang dikelola oleh BUMN sudah benar dan bukan melakukan pemaksaan. Ini justru contoh menjadikan BUMN sebagai alat untuk memciptakan state capitalism bukan private capitalism yang dikuasai oleh asing dan konglomerat seperti mahzab ekonomi yang dianut oleh Faisal Basri," jelas Arief.
Pemerintahan Joko Widodo melalui strateginya dalam pengelolaan BUMN justru sedang menerapkan politik Trisakti pada pengelolaan BUMN. Tujuannya agar lebih bisa berdaulat secara politik dan ekonomi. Selain itu, pemerintah berusaha meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan dan memiliki kepribadian budaya pengelolahan BUMN yang sesuai ideologi Pancasila dan UUD 1945.
"Tujuannya semata mensejahterakan masyarakat," jelas Arief.
Tidak bisa dipungkiri bahwa di saat keadaan ekonomi global kurang baik dan seretnya investasi global, justru hari ini Pemerintahan Presiden Jokowi bisa secara efektif mengunakan BUMN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kondisi ini memberikan dampak positif terbukanya lapangan kerja baru melalui pembangunan infrastruktur yang banyak di lakukan oleh BUMN. Ditambah dengan penataan ketahanan pangan yang ditopang oleh kinerja BUMN pangan yang makin Jelas dan tepat.
Sementara sektor swasta tidak banyak berpartisipasi dalam mengerakkan pertumbuhan ekonomi karena swasta di Indonesia banyak tumbuh besar Karena faktor fasilitas kebijakan dari pejabat negara yang korup dan nepotisme.
Baca Juga: HIPMI Minta Kementerian BUMN Selamatkan Garuda Indonesia
"Jadi tidak benar kalau pengelolaan BUMN saat ini amburadul. Justru saat ini pengelolaan BUMN sudah on the track untuk bisa menciptakan sebuah sistim state capitalism seperti yang di anut banyak negara dimana BUMN menjadi mesin perekonomian untuk mengelola sektor sektor yang vital," tutup Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN tersebut.
Sebelumnya, Ekonom Faisal Basri mengkritik pengelolaan perusahaan BUMN saat ini. Menurutnya, banyak yang telah menyimpang dan tidak sesuai dengan tujuan UUD. Salah satu contohnya adalah banyaknya anak dan cucu perusahaan BUMN sehingga membuat perusahaan tidak fokus.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
IWIP Gelontorkan Pendanaan Rp900 Juta untuk Korban Bencana di Sumatera
-
AKGTK 2025 Akhir Desember: Jadwal Lengkap dan Persiapan Bagi Guru Madrasah
-
Dasco Ketuk Palu Sahkan Pansus RUU Desain Industri, Ini Urgensinya
-
ASPEBINDO: Rantai Pasok Energi Bukan Sekadar Komoditas, Tapi Instrumen Kedaulatan Negara
-
Nilai Tukar Rupiah Melemah pada Akhir Pekan, Ini Penyebabnya
-
Serikat Buruh Kecewa dengan Rumus UMP 2026, Dinilai Tak Bikin Sejahtera
-
Kuota Mulai Dihitung, Bahlil Beri Peringatan ke SPBU Swasta Soal Impor BBM
-
Pemerintah Susun Standar Nasional Baru Pelatihan UMKM dan Ekraf
-
Stok Di Atas Rata-rata, Bahlil Jamin Tak Ada Kelangkaan BBM Selama Nataru
-
Kadin Minta Menkeu Purbaya Beri Insentif Industri Furnitur