Suara.com - Predikat “pengusaha” tidak lagi hanya dimiliki oleh orang tua saja. Seiring berjalannya waktu, banyak pengusaha yang datang dari kalangan berusia 25 tahun atau bahkan mahasiswa. Batasan usia tidak lagi menjadi hambatan bagi siapapun yang ingin berbisnis dan menjadi pengusaha.
Di luar negeri, kita mengenal nama Mark Zuckerberg sebagai founder Facebook dan Evan Spiegel yang menjadi CEO Snapchat. Keduanya masih tergolong sangat muda, namun sudah sama-sama sukses untuk mengembangkan aplikasi berbasis sosial media. Di tahun 2004, Mark Zuckerberg selaku founder Facebook berhasil meraup IPO senilai 210 triliun. Sedangkan Evan Spiegel selaku CEO Snapchat berhasil menjadikan snapchat bernilai 130 triliun di tahun 2015.
Selain di luar negeri, Indonesia juga memiliki nama pengusaha yang juga tak kalah suksesnya. Sebut saja Jessica Iskandar. Selain bekerja di dunia entertainment, ibu satu anak ini juga sukses mengembangkan sayap bisnisnya di bidang kuliner dan online shop pakaian. Bisnis tersebut diberikan label “Jedar” yang merupakan kepanjangan dari “Jessica Iskandar.” Di usianya yang masih 29 tahun, Jessica Iskandar telah menjadi “ibu sosialita” yang bergelimang harta.
Fenomena menjadi sukses di usia muda tidak lagi menjadi impian belaka. Hal ini dapat dijadikan sebagai suntikan positif bagi anak muda yang benar-benar ingin menjadi entrepreneur sukses. Kekurangan modal tidak lagi menjadi hambatan. Hadirnya lembaga keuangan seperti perbankan bisa dimanfaatkan untuk memberikan sokongan dana.
Menjadi pengusaha tidak semata-mata hanya mengandalkan pendidikan saja. Namun, kita juga harus memiliki keahlian khusus dan tahu berorganisasi serta mampu mengatur orang-orang berdasarkan job desk nya.
Ingin menjadi CEO muda? Perhatikan hal-hal penting berikut ini:
Mengetahui Perbedaan Antara Entrepreneur dan CEO
Perbedaan mendasar antara entrepreneur dan CEO adalah dari segi tugasnya. Berikut penjelasannya.
Entrepreneur
- Hanya fokus pada tugas-tugas yang diberikan padanya. Tugas ini berkaitan dengan pengembangan bisnis yang didirikannya.
- Seorang entrepreneur dapat menjadi agent of change. Ia bebas berpikir di luar hal biasanya, menerobos segala tantangan, dan menjadi pemimpin dalam industri yang didirikannya.
- Entrepreneur dapat memberikan kritik, saran, dan pendapatnya kepada teman, keluarga, dan orang-orang yang membutuhkannya.
CEO
- Mengemban tugas yang lebih besar ketimbang entrepreneur.
- Memiliki kewajiban untuk menyiapkan daftar pekerjaan dan menyusun jadwal pekerjaan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan.
- Memiliki kemampuan untuk menyatukan dan mengelola timnya dengan baik.
- Tanggung jawab seorang CEO lebih besar karena harus bisa mengatur pihak internal perusahaan.
Memiliki Perspektif Jangka Panjang
Sebagai seorang CEO, setiap keputusan yang diambil harus mempertimbangkan tujuan jangka panjangnya. Jadi, tidak semata-mata hanya sebatas mengambil keputusan saja. Keputusan tersebut harus bisa bertahan dan ada sangkut pautnya dengan perusahaan dalam 5–10 tahun ke depan. Anda harus bisa mencari semua solusi untuk setiap masalah yang ada. Untuk mencari solusi yang tepat,
Anda bisa meminta bantuan manajer atau karyawan lainnya. Siapa tahu solusi mereka jauh lebih baik ketimbang solusi Anda. Namun balik lagi, CEO lah yang berhak memutuskan.
Masalah Sama dengan Peluang
Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi kewajiban seorang entrepreneur dan CEO. Setiap masalah yang datang, harus segera disikapi dan dicari solusinya. Bagi Anda yang tidak mampu menyelesaikan masalah, tentu hal ini menjadi masalah besar. Anda juga akan kesulitan untuk mengatasi masalah ketika proposal ditolak oleh klien atau investor.
Kemampuan memecahkan masalah bisa dimulai dengan hal kecil. Misalnya, memberikan solusi pada teman yang sedang mengalami kesulitan perekenomian. Lakukan hal kecil ini sebagai pembelajaran agar mampu memberikan solusi dalam ruang lingkup yang lebih besar.
Memberikan Standar Fleksibel
Menjadi CEO di usia muda merupakan kebanggaan tersendiri bagi kita. Seorang CEO kerap kali bekerja sama dengan sebuah tim untuk mengembangkan usahanya. Hal ini akan membuat adanya perubahan pada standar yang biasanya ditetapkan.
Setiap orang mampu menyelesaikan pekerjaan yang diemban padanya. Hanya saja, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini, CEO harus memberikan waktu kepada karyawannya agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan jauh lebih tinggi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Purbaya Mau Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, RUU Redenominasi Rupiah Kian Dekat
-
Purbaya Mau Ubah Rp1.000 jadi Rp1, Menko Airlangga: Belum Ada Rencana Itu!
-
Pertamina Bakal Perluas Distribus BBM Pertamax Green 95
-
BPJS Ketenagakerjaan Dapat Anugerah Bergengsi di Asian Local Currency Bond Award 2025
-
IPO Jumbo Superbank Senilai Rp5,36 T Bocor, Bos Bursa: Ada Larangan Menyampaikan Hal Itu!
-
Kekayaan Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo yang Kena OTT KPK
-
Rupiah Diprediksi Melemah Sentuh Rp16.740 Jelang Akhir Pekan, Apa Penyebabnya?
-
Menteri Hanif: Pengakuan Hutan Adat Jadi Fondasi Transisi Ekonomi Berkelanjutan
-
OJK Tegaskan SLIK Bukan Penghambat untuk Pinjaman Kredit
-
Tak Ada 'Suntikan Dana' Baru, Menko Airlangga: Stimulus Akhir Tahun Sudah Cukup!