Padahal, memasarkan produk dan layanan Itree—seperti perangkat lunak untuk kamera pengawas kecepatan kendaraan (speed camera), stasiun pengecekan truk (truck checking station), dan pengaturan lalu lintas kapal laut di pelabuhan—yang target pasarnya adalah lembaga pemerintah, apalagi dilakukan oleh orang Indonesia, jelas tidak mudah.
Karena perannya cukup menonjol, ia kemudian ditunjuk oleh pemegang saham Itree untuk menempati posisi sebagai Managing Director (jika di Indonesia setara dengan chief executive officer/CEO) perusahaan. Saat menjadi pemimpin tertinggi itu, bekerja sama dengan mitra bisnis, ia mampu melejitkan pertumbuhan perusahaan.
Hengki tak mau menyebutkan indikator pertumbuhan Itree dalam jumlah dan persentase berdasarkan finansial yang dicatatkan. Namun, ia menggambarkan salah satu pertumbuhan itu dengan jumlah karyawan. “Saat saya menerima jabatan sebagai managing director, jumlah karyawan Itree sudah 60 orang. Puji syukur, bersama dengan tim, saya mampu memimpin perusahaan menjadi sekitar 100 orang,” terangnya.
Karyawan Jadi Pemilik Perusahaan
Pada 2004, ketika sedang berada di puncak karier, Hengki diminta saudaranya untuk kembali ke Surabaya. Pasalnya, ia diharapkan bergabung dengan perusahaan yang sedang dibangun oleh saudaranya itu. Lagi-lagi dilema itu datang.
Tawaran tersebut disampaikan kepada pemegang saham Itree. Bukannya disetujui, mereka justru menawari Hengki untuk turut memiliki perusahaan. Daripada kehilangan, “Mereka mengajak saya membeli saham dan bergabung menjadi pemegang saham perusahaan,” ujarnya.
Alhasil, Hengki memutuskan untuk tetap tinggal di Wollongong dan tak jadi kembali ke kampung halamannya. Ia setuju membeli saham tempatnya bekerja dan menjadi 1 dari 4 pemegang saham Itree.
Turut memiliki Itree rupanya belum cukup bagi Hengki. Obsesinya untuk mendirikan perusahaan sendiri tetaplah besar. Karena itu, mulai Agustus 2017 ia memilih hanya bertindak sebagai direktur dan pemegang saham, bukan managing director lagi, demi membesarkan dua perusahaan rintisan (startup), yaitu Accelerion dan Dayspring Care, yang dikembangkannya.
Accelerion diambil dari kata accelerate, acceleration, accelerating, atau akselerasi, istilah yang sering digunakan dalam dunia startup. Sesuai namanya, Accelerion akan mengakselerasi ide-ide orang Indonesia sampai terealisasi menjadi sebuah bisnis nyata, termasuk memberikan dana (funding).
Saat ini, Accelerion telah mengakselerasi satu produk bernama AccelHealth, aplikasi untuk mendukung gaya hidup Ketofastosis. Aplikasi itu akan menjadi pengingat bagi seseorang dalam melakukan ketofastosis dengan baik.
Sementara Dayspring Care merupakan aplikasi untuk sistem kesehatan yang sangat besar dan kompleks. Fungsi dari aplikasi ini aalah menyederhanakan sesuatu yang kompleks tersebut, misalnya formulir berlembar-lembar yang harus diisi oleh klinik kesehatan dan sejenisnya menjadi lebih sedikit dan simpel.
Meski baru akan diluncurkan pada Agustus mendatang, startup ini juga sudah memperoleh foundation client, yaitu My Home Living Care Pty Ltd dari Oatlands, New South Wales. Visinya untuk membantu para penyedia layanan kesehatan agar bekerja berbasis sistem digital sehingga lebih mudah dan cepat.
Dalam mengembangkan Accelerion dan Dayspring Care, Hengki tak sendirian. Ia bermitra dengan dua orang, satu dari Indonesia dan satu dari Australia. Memang kedua startup tersebut teregister di Australia, tetapi operasionalnya dijalankan dari dua negara. Tim pengembangan seluruhnya justru berasal dari Jakarta dan Surabaya.
Langkah itu membuktikan bahwa Indonesia dengan populasi penduduk 262 juta dan pertumbuhan ekonomi di atas 5% per 2017 menurut data Badan Pusat Statistik sangat menarik bagi Hengki. Pada akhirnya, ia pun kembali, walau bolak-balik, ke Tanah Air untuk kepentingan bisnis. Tinggalnya tetap di Wollongong.
Pilihan Sulit
Sebenarnya Hengki bukan tidak ada pilihan lain dalam meniti karier di atas. Selain harus menimbang bergabung dengan saudaranya untuk mengembangkan bisnis di Surabaya atau menanamkan saham di Itree, tempat kerja yang dicintainya, ia juga dihadapkan pada pilihan sulit lainnya.
Berita Terkait
-
Kisah Inspiratif Pak Menlu: Bangkit dari Kegagalan, Kini Jadi Raja Beton Banyuwangi
-
Dari Pungut Sisa Makanan Pejabat, Kini Terima Beasiswa Menteri: 7 Fakta Haru Samsul dan Aidil
-
Di Tengah Demo DPR, Kisah Denny dari Cakung Ini Bikin Hati Adem!
-
Peluncuran Buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut, Melihat Dinamika Kemajuan dan Persoalan Bangsa
-
Kuli Bangunan Antar Anak Jadi Jaksa: Kisah Viral Doa Ayah Tembus Langit!
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda