Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli kembali mengalami defisit 2,03 miliar dolar AS. Posisi ini memburuk dibanding bulan Juni yang sempat mencatat surplus 1,74 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, defisit neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor yang lebih kecil dibanding impor. Tercatat, ekspor Juli di angka 16,24 miliar dollar AS dan impornya di angka 18,27 miliar dolar AS.
“Salah satu penyebab kenaikan signifikan pada ekspor adalah libur lebaran. Habis lebaran ekspor pasti meningkat. Jadi, ekspor kita tumbuh dan menggeliat dan diharapkan ke depan ekspor akan tumbuh bagus," kata Kecuk di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Suhariyanto mengatakan kenaikan nilai ekspor Juli dibandingkan Juni 2018 disebabkan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 31,18 persen. Sebaliknya ekspor migas mengalami penurunan sebesar 15,06 persen.
"Kenaikan ekspor nonmigas disumbang oleh kendaraan dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati serta bahan bakar mineral. Sementara penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor pada minyak mentah, gas, dan hasil minyak," ujarnya.
Hanya saja, pertumbuhan impor ternyata lebih besar ketimbang ekspor. Ekspor Juli tercatat sebesar 18,27 miliar dolar AS bertumbuh 31,56 persen dibanding bulan sebelumnya yakni 9,13 miliar dolar AS.
Seluruh golongan impor mengalami kenaikan di atas 50 persen secara bulanan. Impor barang konsumsi naik 70,5 persen secara bulanan karena ada impor beras dan apel dari Cina. Sementara itu, bahan baku mengalami kenaikan 59,28 persen secara bulanan gara-gara impor kacang kedelai, bahan organik, dan kapas.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia antara Januari ke Juli naik sebesar 104,24 miliar dolar AS atau naik 93,61 miliar dolar AS. Sementara itu, dari sisi impor secara akumulatif tercatat 107,32 miliar dolar AS.
Sehingga secara kumulatif, Indonesia mencatat defisit 3,08 miliar dollar AS sepanjang tahun 2018.
Baca Juga: BPS: Daerah Ini Tingkat Kebahagiaannya Terendah di Indonesia
Berita Terkait
-
BPS: Daerah Ini Tingkat Kebahagiaannya Terendah di Indonesia
-
Pemerintah Tinjau Ulang Proyek Infrastruktur Berbahan Baku Impor
-
Jurus Dirjen Bea Cukai Tingkatkan Neraca Perdagangan
-
SBY Sebut Ada 100 Juta Rakyat Miskin, Mensesneg: Jangan Berasumsi
-
Sebut Prabowo Bohong, PSI : Berhenti Meneropong dari Atas Kuda
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Rundown dan Jadwal Ujian CAT PPPK BGN 2025 18-29 Desember 2025
-
ESDM Mulai Jalankan Proyek Pipa Gas Dusem, Pasok Energi dari Jawa ke Sumatera
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Riset: Banyak Peminjam Pindar Menderita Gunakan Skema Pembayaran Tadpole
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Rupiah Terus-terusan Meloyo, Hari Ini Tembus Rp 16.700
-
Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp 560,3 Triliun per November 2025, 2,35% dari PDB
-
BTN Catatkan Laba Bersih Rp 2,91 Triliun Hingga November 2025
-
Menko Airlangga Ngeluh Harga Mobil-Motor Murah Bikin Jakarta Macet