Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM). Program ini bertujuan untuk membantu petani meningkatkan efisiensi usaha, demi memudahkan pengelolaan alat mesin pertanuan (alsintan).
Direktur Alsintan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, salah satu bagian PKBM adalah adanya aplikasi UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alsintan) Smart Mobile, yang sudah diluncurkan tahun lalu di Jawa Tengah. Dengan adanya aplikasi tersebut, petani akan lebih mudah untuk menyewa alsintan, baik traktor atau pun combine harvester, karena menggunakan sistem digital.
"Kita sudah uji coba di lima lokasi untuk pengembangan mekanisasi berbasis korporasi. Nantinya tiap UPJA difasilitasi smart mobile, sehingga ke depan ada Go-Jek Alsintan. Saat ini kita terus berupaya memperbaiki sistemnya," tutur Andi, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Sementara itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy menjelaskan, PKBM meliputi pembuatan gudang alsintan, legalisasi struktur organisasi, pelatihan manajemen dan aplikasi UPJA smart mobile, dan penetapan petugas pendamping lapangan.
"Kegiatan ini sudah ada percontohannya di lima lokasi, yaitu Kabupaten Tuban Jawa Timur, Sukoharjo Jateng, Konawe Selatan Sultra, Barito Kuala Kalsel, dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumsel," katanya.
Sampai saat ini, menurutnya, Ditjen PSP telah menyalurkan bantuan alsintan tidak kurang dari 350 ribu unit, yang terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, cooper, cultivator, ekskavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung, dan alat tanam jagung semi manual.
Pada 2015, alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit, pada 2016 sebanyak 148.832 unit, pada 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada 2018 sebanyak 112.525 unit. Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan brigade alsintan.
"Bantuan alsintan ini merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia," ujarnya.
Sarwo menjelaskan, ada beberapa alasan pemerintah mendorong mekanisasi pertanian, di antaranya luas lahan pertanian makin menyusut dan diperkirakan konversi lahan mencapai 110 ribu hektare per tahun, usaha tani belum efisien, dan kehilangan hasil masih cukup tinggi.
Baca Juga: Kementan : Bantuan Alsintan Sebaiknya Digunakan Sesuai Peruntukannya
Selain itu menurutnya, tenaga kerja petani juga makin berkurang. Apalagi di sisi lain, generasi muda banyak yang tidak mau terjun ke usaha tani karena alasan kotor dan panas.
"Karena faktor-faktor itu, kita ingin mengubah mindset petani dengan bantuan alsintan, dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien," katanya.
Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 hektare sawah diperlukan 30 - 40 orang, lama pengerjaannya 240 -400 jam per hektare, sedangkan biayanya mencapai Rp 2 - 2,5 juta per hektare.
Sementara dengan alsintan (traktor tangan) hanya diperlukan tenaga kerja 2 orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam per hektare dan biayanya Rp 900 ribu - 1,2 juta hektare.
Hal tersebut juga berlaku saat panen. Jika menggunakan alsintan hanya perlu 3 jam sudah selesai, sedangkan menggunakan tenaga manusia perlu waktu 1 minggu.
Keuntungan lainnya adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam 3 kali setahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
Terkini
-
ESDM: Meski Sudah Diuji BBM Bobibos Belum Tersertifikasi
-
Pupuk Indonesia Akan Revitalisasi 7 Pabrik Pupuk Tua, Cegah Pemborosan
-
Menteri Bahlil Kebut 18 Proyek Hilirisasi Energi, Target 2026 Jalan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Bank Indonesia Siaga Jaga Rupiah, Pelemahan Bersifat Temporer
-
Industri Pindar Lokal Cari Pendanaan Investor ke Hong Kong
-
LPS : Program Penjaminan Polis, Instrumen Penting Tingkatkan Kepercayaan Publik
-
Kebutuhan Asuransi Makin Penting, Allianz Life Syariah Raup 120 Ribu Nasabah
-
Stockbit Error Sejak Pagi, Publik Ancam Pindah Platform Hingga Lapor YLKI
-
HIPMI Soroti Dugaan Tekanan Kelompok Kepentingan di Industri Tekstil