Suara.com - Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Senin (9/3) atau Selasa pagi WIB, dengan Dow ditutup anjlok lebih dari 2.000 poin di tengah kecemasan tentang kemungkinan perang harga minyak habis-habisan dan perlambatan ekonomi dari penyebaran virus corona.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 2.013,76 poin atau 7,79 persen, menjadi ditutup di 23.851,02 poin. Indeks S&P 500 jatuh 225,81 poin atau 7,60 persen, menjadi berakhir di 2.746,56 poin. Indeks Komposit Nasdaq terperosok 624,94 poin atau 7,29 persen, menjadi ditutup di 7.950,68 poin.
Ketiga indeks utama mencatat penurunan harian terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor energi terperosok sekitar 20 persen, mewakili kelompok berkinerja terburuk.
Aksi jual besar-besaran pada awal perdagangan memicu pemutus sirkuit yang jarang digunakan, dan perdagangan dihentikan selama 15 menit, beberapa menit setelah pembukaan perdagangan Senin (9/3).
Indeks Volatilitas CBOE, yang secara luas dianggap sebagai pengukur ketakutan terbaik di pasar saham, melonjak 29,85 persen menjadi 54,46.
"Aset-aset berisiko merosot dan safe haven melonjak pada Senin (9/3) karena jatuhnya harga minyak menambah kompleksitas yang dihadapi investor global yang bergulat dengan penyebaran COVID-19," analis di UBS mengatakan dalam sebuah catatan pada Senin (9/3).
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April jatuh 10,15 dolar AS atau sekitar 24,6 persen, menjadi 31,13 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei merosot 10,91 dolar AS atau 24,1 persen, ditutup pada 34,36 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kedua acuan minyak mencatat hari terburuk mereka sejak 1991.
Investor terus mencari aset-aset yang lebih aman. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun turun di bawah 0,5 persen, mencapai rekor terendah. Imbal hasil bergerak terbalik dengan harga.
Baca Juga: Muhammadiyah Desak Wall Street Journal Turunkan Artikel Soal Uang Bungkam
Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran terhadap harga jual minyak resminya untuk April selama akhir pekan, dan dilaporkan siap untuk meningkatkan produksinya di atas level 10 juta barel per hari.
Langkah itu dilakukan setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) gagal mencapai kesepakatan dengan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia, tentang pengurangan produksi minyak akhir pekan lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak