Suara.com - Sejumlah ahli menyatakan pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung penanggulangan masalah rokok, baik di Indonesia maupun secara global.
Upaya ini menjadi langkah penting untuk diterapkan, akan tetapi penerapannya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah dinilai sulit. Hal ini disebabkan oleh sikap pemangku kepentingan yang kurang terbuka terhadap kajian ilmiah.
Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO), Profesor Tikki Pangestu, menjelaskan konsep pengurangan risiko tembakau sebenarnya dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah.
“Ada potensi bagi konsep tersebut untuk menjadi solusi,” kata Tikki, ditulis Jumat (20/8/2021).
Namun, resistensi dari berbagai pemangku kepentingan terhadap hasil penelitian ilmiah ini menjadi kendala untuk dapat menerapkan pengurangan bahaya tembakau di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah, padahal jumlah perokok di negara-negara tersebut sangat tinggi.
Oleh karena itu, Tikki menyarankan agar para pemangku kepentingan bersikap terbuka serta mengedepankan komunikasi untuk mengetahui fakta yang sesungguhnya mengenai konsep tersebut.
“Memerlukan dialog objektif yang lebih terbuka berdasarkan bukti ilmiah,” tegas Tikki.
Di kesempatan terpisah, saat kegiatan Global Forum on Nicotine (GFN) diselenggarakan secara daring beberapa waktu lalu, tantangan terhadap penerapan konsep pengurangan risiko tembakau juga menjadi sorotan.
Profesor di Departemen Kedokteran Komunitas dan Koordinator Penelitian di Tagore Medical College and Hospital Chennai, Sree Sucharita, menjelaskan resistensi terhadap konsep tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masalah prevalensi perokok tidak kunjung terselesaikan.
Baca Juga: Rampas Rokok dari Pemobil, Aksi Pemotor Ini Justru Bikin Salut Publik
Sree Sucharita mengungkapkan jumlah perokok di India saat ini sudah mencapai 300 juta. Penghalang untuk menerapkan konsep pengurangan risiko tembakau adalah kurangnya kemauan politik. Selain itu, masih sedikitnya informasi akurat yang diperoleh praktisi kesehatan mengenai konsep ini.
“Akibat kurangnya informasi tersebut, kami kehilangan peluang untuk mengedukasi para perokok mengenai pilihan yang tersedia bagi mereka untuk berhenti merokok,” ujarnya.
Padahal, konsep yang memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan snus, tersebut dapat membantu perokok dewasa yang tidak dapat berhenti merokok untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko.
Berdasarkan sejumlah kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok hingga 90% - 95%.
Melalui fakta tersebut, sejumlah negara maju, seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Kanada mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk menekan jumlah perokoknya.
Senada dengan Profesor Tikki Pangestu, Peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya, juga setuju dengan penerapan konsep pengurangan risiko tembakau untuk membantu mengatasi masalah rokok.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya
-
Harga Mati! ESDM Tetap Sarankan Shell Cs Beli BBM Murni dari Pertamina Hingga Akhir Tahun
-
Apa Itu XAUUSD dan Pengaruhnya Terhadap Harga Emas
-
Kementerian BUMN Berubah Jadi BP BUMN, Gaji ASN dan PPPK Turun?