Suara.com - Harga minyak dunia menguat kembali pada perdagangan Senin, karena platform Pantai Teluk, pengilangan dan jaringan pipa di Amerika bergulat dengan ketidakpastian terkait jadwal restart setelah Badai Ida menghantam wilayah tersebut.
Mengutip CNBC, Selasa (31/8/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 71 sen atau 0,98 persen menjadi 73,41 dolar AS per barel. Brent sempat menyentuh 73,69 dolar AS pada sesi itu, level tertinggi sejak 2 Agustus.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 47 sen, atau 0,68 persen menjadi 69,21 dolar AS per barel.
Dalam waktu 12 jam setelah mendarat, badai Ida melemah menjadi badai Kategori 1, dan sejak itu turun ke status badai tropis. Ratusan anjungan produksi minyak dievakuasi menjelang badai dan hampir semua produksi minyak lepas pantai Teluk, atau sekitar 1,74 juta barel per hari, dihentikan.
Setelah angin kencang dan hujan, hampir 1,2 juta rumah dan bisnis di Louisiana dan Mississippi, Senin, tanpa listrik dan pergerakan badai ke daratan mengalihkan fokus pasar minyak pada kapan penyulingan dapat beroperasi kembali.
Operator pipa minyak dan gas memeriksa kerusakan. Utilitas listrik memperingatkan bahwa pelanggan di daerah yang paling parah dapat menghadapi pemadaman berkepanjangan.
Exxon Mobil Corp mengatakan akan menutup unit pengilangan berkapasitas 520.000 barel per hari (bph) Baton Rouge, Louisiana, sampai listrik kembali normal dan bahan baku tersedia.
"Kita dalam pola wait-and-see seberapa buruk penyulingan akan terpengaruh oleh pemadaman listrik," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management, New York.
"Akan ada perhitungan yang dilakukan akhir pekan ini ketika kerusakan dinilai," katanya.
Baca Juga: Waspadai Badai Terburuk selama 170 Tahun
Harga bensin AS melonjak lebih dari 1,5 persen memberikan dukungan bagi minyak mentah. Pemadaman listrik menambah penutupan kilang di pantai Teluk dan trader mempertimbangkan kemungkinan gangguan yang berkepanjangan.
Brent reli 40% tahun ini, didukung pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus, serta pemulihan permintaan dari kejatuhan akibat pandemi tahun lalu.
OPEC Plus akan bertemu, Rabu, untuk membahas peningkatan 400.000 bph yang dijadwalkan dalam produksi minyaknya, dalam apa yang akan menjadi pelonggaran lebih lanjut dari rekor pengurangan output yang dibuat tahun lalu.
Delegasi OPEC mengatakan mereka memperkirakan kenaikan akan terus berlanjut, meski Menteri Perminyakan Kuwait, Minggu, mengatakan hal itu dapat dipertimbangkan kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak